pola lantai 4 orang

Tari Kupu Kupu adalah keseleo satu jenis tari tradisional asal Bali yang termasuk tari reka cipta mentah.

Ajojing ini bertambah cangap digunakan sebagai hiburan.

Inspirasi untuk penamaannya sendiri datang dari aktivitas kupu-kupu dramatis lanjut umur (tarum) nan hinggap dan beterbangan di antara bunga-anakan.

Alih-alih idiosinkratis tari Bali tidak seperti Tari Cendrawasih dan Tari Janger, komposisi gerakannya semacam itu dinamis nun menawan sebagaimana gemulainya kupu-kupu.

Ingin tahu lebih banyak perihal sejarah, kostum, properti, setting panggung, kampanye, iringan, serta makna dan filosofinya?

Simak baik-baik penjelasan selengkapnya berikut ini:


Memori Tari Kupu Kupu

Sejarah Tari Kupu Kupu di Bali
Sumur: id.pinterest.com


1. Tarum

kisah tari kupu kupu Tarum
Sumber: https://gramho.com

Ajojing tradisional terbit Bali ini merupakan hasil ciptaan salah koteng seniman setempat plong periode 1960-an, yakni I Wayan Beratha.

Seniman kelahiran 1926 di Larik Belaluan Denpasar tersebut bertempat di Banjar Abian Kapas Kaja sampai momen ini.

Atma dalam mileu keluarga seniman Bali berlaku segara terhadap tumbuh-segara label anda.

Kakeknya, I Ketut Keneng (1841-1926) juga seniman Bali nan besar pada zamannya ibarat tukang n domestik nyenyat karawitan dan pagambuhan.

Sukma sang Pekak (Cikal bakal) Keneng sebagian besarnya mengabdi pada keluarga Puri Denpasar, perumpamaan seniman kesayangan Raja I Gusti Agung Ngurah Denpasar karena jenama dan karya besar beliau.

Sedikitnya ini berlangsung hingga meletusnya Perang Puputan Badung pada tahun 1906.

Hubungan kekerabatan ini lagi mengalirkan darah seniman osean n domestik diri I Wayan Beratha.

Semasa masih eksis berkesenian, I Wayan Beratha mutakadim menjadi kebesarhatian Tanah tumpah karena menelurkan beragam karya memukau, terutama bikin masyarakat Bali.

Bukan hanya Tari Kupu Kupu yang diciptakannya, masih ada Tari Bertanam, Tari Yudha Ekstrak, dan banyak tarian tak.

Sekadar makanya karena kemudahan dalam mempelajarinya, banyak sanggar tari lebih menggunakan Tari Kupu Kupu.

Mutakadim jadi pemandangan umum, bila mayoritas momongan katai setingkat Sekolah Dasar (SD) sudah lalu menguasai propaganda-gerakannya sebagai susuk pengenalan budaya kerumahtanggaan sanggar-sanggar seni.

Cita-cita sang artis dalam menciptakan tarian ini tak pembebasan dari upayanya cak bagi membuang asabiyah kedaerahan, tentu tanpa mengalpakan ciri spesifik kebudayaan Bali sama sekali.

Bordir jejaknya internal manjapada seni (di luar bidang tari) tidaklah sedikit.

Berangkat dari melakukan penggoresan terhadap warna gamelan yang mengandung pola-pola kedaerahan, menyuwir, silam menunangkan kesemuanya dalam seni karawitan plong tahun 1957-1959.

Pola-pola nan menurut hematnya diakibatkan karena adanya kompetisi yang berlanjut pada zaman syah-raja sebatas era penjajahan.

Timbullah kepahlawanan dalam diri beliau kerjakan mempelajari karawitan Bali Utara, sekaligus mengajarkan karawitan Bali Selatan ke se-antero Bali.

Kerumahtanggaan penjelajahan selanjutnya, beliau dan I Cede Manik kembali menjembatani tren seni karawitan Bali Utara dan Selatan.

Hal ini tecermin jelas n domestik setiap ajojing ciptaannya.

Tentu semata-mata yang beliau lakukan terhadap kebudayaan Bali ini bukanlah serta-merta bikin merusak atau melunturkan tradisi serta ke-adiluhungan seni tradisional.

Ini amung-indra penglihatan sebagai gambar kebaruan, hendaknya dunia nan ‘ditinggali’ maka dari itu kesenian tradisional Bali dapat beriringan dengan perkembangan zaman internal persuaan mereka.

Begitu juga telah umum disaksikan melalui Dansa Kupu-kupu.


2. Asfar

tari kupu kupu Kuning Karangasem
Sumber: balipuspanews.com

Versi lain dari Tari Kupu Kupu yang ada di Bali selain Tarum adalah Tari Kupu Kupu Asfar.

Daripada Sotong yang berumur mulai dewasa karena yaitu kreasi hijau, joget ini telah ada di Desa Pakraman Dukuh Penaban daerah Kabupten Karangasem sejak ratusan tahun dahulu.

Tak sekadar unik, karena Tari Kupu Kupu Kuning bahkan sarat makna dengan nilai spiritual janjang bersendikan sejarahnya.

Menurut penuturan masyarakat, kupu-kupu berwarna kuning pertanda kedatangan Ida Betara Alit Digdaya akan muncul mulai sejak langit sebelah timur Pura Puseh, lega setiap pementasannya di tempat tersebut.

Kisahnya sendiri mengenai sekerumun rama-rama berwarna kuning sebagai pengawal tamtama Raja Karangasem dalam perjalanan untuk membidas Kekaisaran Selaparang di Lombok pimpinan I Gusti Anglurah Ketut Karangasem.

Karangasem produktif privat kepemimpinan tiga raja bersaudara saat itu, dan riuk seorang di antara merekalah nan mendahului ekspedisi tersebut.

Jauh sebelum itu, sebuah kisah lain telah lebih dulu ada, adapun eksistensi sesosok berkekuatan spiritual tinggi yang disebut sebagai Ibunda Betara Alit Sakti.

Usai menempuh pengembaraan menuju ke arah timur berusul Istana Amlaraja, setibanya di sebuah lembang tinggi (Jala-jala Bukit), engkau tancapkan tongkat miliknya di Jaring-jaring Bukit ini.

Menurut ajun setempat, tongkat ini kemudian berubah wujud menjadi Papan Kepel, dan telah berdiri kokoh sampai kontemporer.

Serombongan lautan tamtama Tuanku Karangasem pimpinan I Gusti Anglura Ketut Karangasem kemudian berangkat pada pagi hari Anggara-umanis, Perangbakat, 1614 Saka.

Rombongan ki akbar yang juga berisi Arya Kertawaksa dan 40 prajurit-kebal dari Desa Seraya ini menaiki catur sampan layar berusul tepi laut Pesisir Jasri melintasi lautan Selat Lombok.

Mulanya, perjalanan ini enggak dapat dikatakan mudah karena ombak nan mengganas.

Namun, tak dinyana ribuan kupu-kupu asfar muncul berpokok angkasa seolah-olah menunjukkan sisi di tengah perjalanan mereka, karena kawanan ini terbang bergelombang dan ikut menyeberangi laut.

Mereka optimistis, kawanan tersebut merupakan jelmaan berbunga daun-daun Tiang Kepel di Jaring-jaring Bukit yang berguguran ketika angkatan perahu telah berangkat, dan dikirim intern wujud kupu-kupu asfar bagaikan anugerah Ida Dewa Alit Sakti, agar mengiringi keberangkatan legiun Karangasem ke medan perang.

Sinopsis lakukan tariannya seorang masih berkaitan dengan cerita yang melatarbelakangi hamba allah Ida Dewa Celak Berilmu.

Kerajaan Karangasem nan berpusat di Puri Amlaraja diperintah oleh tiga baginda bersaudara, yaitu I Gusti Bagus Anglurah Wayan Karangasem, sangat I Gusti Bagus Anglurah Nengah Karangasem, serta I Gusti Bagus Anglurah Ketut Karangase.

Beliau-dia inilah yang ingin mengembangkan kewedanan kekuasaan kerajaan tersebut.

Terwalak dua versi kisah terkait semua ini, yaitu faktual narasi berasal hamba allah-orang tua, lalu yang tercatat kerumahtanggaan Babad.

Berdasarkan versi pertama, ketiga sinuhun memutuskan untuk menemui kemenakan mereka nan telah menjadi Betara dan bersemayam di Pura Ancala, untuk membahas permasalahan keinginan mereka.

Kamu yaitu Ida Betara Bagus Alit, keturunan dari I Gusti Ayu Rai Ratna Inten sebagai amung saudara perempuan para raja.

Sebagai orang nan ampuh sekaligus putra Batara Gede Gunung Agung, tentu kamu telah mengetahui gelagat para paman yang ingin berekspansi wilayah kekuasaan ke arah Barat.

Jawaban darinya sangkil-terka, “Tak ada gunanya, bila kesatria melawan raja yang mengamankan petak Bali yaitu Ida Dewa Agung di Klungkung. Maka lihatlah ke menyebelah lautan di sisi timur kita, tanahnya luas dan subur, itu akan dapat dikuasai. Arahkan manah Uwa (bertepatan) ke Nusa Tadir.”

Rajah sakral bermula tariannya sendiri tetapi dibawakan lega periode-tahun tertentu oleh 12 penari maskulin, dengan busana serba kuning dan senjata berupa keris.

Misalnya ketika berlangsungnya Piodalan yang dilaksanakan setahun sekali, saat purnama kapat di Kantung Puseh setempat.

Alat musik yang mengiringi pementasan Tari Kupu Kupu Kuning adalah tabuh jenis lelambatan.

Kendati kepastian tera nekara ini masih belum diketahui sampai sekarang.

Pihak nan paling berwenang atas kesanggupan tariannya masih mengejar tau tentang label tersebut sampai saat ini.

Warga setempat nan berpunya memainkan genderang terlebih langsung bisa meniru semata-mata dari mendengarkannya saja, tanpa suka-suka latihan idiosinkratis selama ini.

Gerakan tariannya sendiri sepatutnya ada punya standar yang sudah lalu baku.

Kendati demikian, para penari tidak akan bisa menyetarafkan gerakan detik pementasannya, walau segigih apapun memaksakan, sebab ujung-ujungnya doang akan terbantah kaku.

Bila tiba periode “Aci Atu Piodalan” tidak ada pementasan dansa tersebut, maka akan unjuk tangisan dari penduduk nan menginginkan pementasannya.

Bagaimanapun alasannya, Tari Kupu Kupu tetaplah warisan leluhur yang keberadaannya wajib dilestarikan maka itu generasi akil balig.


3. Carum

drama tari kupu kupu Carum mengisahkan tapa Abimanyu
Perigi: www.youtube.com

Kesenian Kupu-kupu Carum yaitu pertunjukan nirmala dari Desa Mas, Ubud, Kabupaten Gianyar, dengan kerangka pementasannya bernas dalam satu kelongsong dramatari yang diiringi maka dari itu gamelan Angklung.

Gagasan dan rakitan ketoprak tari yang sempat mengalami kepunahan karena tak mampu beregenerasi dengan baik ini terjadi sekitar perian 1930-an.

Gagasan terciptanya muncul dari kemauan wisatawan asing bertepatan ilustrator, Walter Spice, seyogiannya penggarapan klonengan angklung dapat dilakukan ke dalam bentuk seni pertunjukan.

Tujuannya, kerjakan memberi ira lega kesenian tersebut cak agar tidak monoton (malar-malar dikenal sebagai kesenian untuk sosok meninggal).

Penata gerak intern garapan ini plong semula adalah Pekak (Kakek) Musna dari Baris Tarakan, sedangkan Kak Monol bermain sebagai penata tabuh.

Kedua artis tua renta inilah yang mengolaborasikan klonengan angklung ke dalam Sandiwara boneka Tari Kupu-Kupu Carum.

Nama Carum nan disandang oleh tarian ini seorang bermula berpokok pengenalan Kecarum atau tanaman kemangi, salah satu jenis dedaunan di Bali yang demap terserah bikin bumbu pelengkap masakan.

Alih-alih kepopuleran nama ini dikenal janjang di kalangan masyarakat Desa Mas, Ubud, masyarakat sekitar malar-malar makin mengenalnya dengan sebutan Ende, karena pementasannya sangat mirip Gebug Ende.

Sayangnya, sandiwara bangsawan tari ini mengalami kepunahan meski sempat mengalami masa kejayaannya, karena minimnya masyarakat dan generasi muda yang bertarget untuk melestarikannya.

Maka iringan tari pula diubah, dari nan semula adalah angklung menjadi Gong Kebyar.

Namun kendati upayanya sudah sama dengan itu, tetap tidak mampu menjamin eksistensinya pada masa itu, dan mengharuskannya vakum lagi kira-kira selama 25 tahun.

Tambahan pula upaya pembangkitan kembali dan pengembangan yang dilakukan kemudian kembali terkendala.

Saking lamanya tidak lagi dipentaskan, gending misal yang menjadi iringan beserta gerakan tabuhnya tak banyak diketahui.

Meski demikian, masih ada para seniman gaek (Nyoman Kaler, Ketut Darsana, Ketut Sadra, Ketut Rupa) yang memahfuzkan pakem-pakem dalam pementasan Drama Tari Rama-rama Carum.

Pementasan kesenian klasik kuno ini membualkan usaha Abimanyu memperoleh kasih Ayawanggani, kasatmata senjata kilat yang lewat sakti, melalui pelaksanaan tapa semadi.

Sehingga pasupati yang konon mampu menjadikan seorang pemimpin sekonyongkonyong disegani rakyatnya akan diberikan dari Bhatara Siwa.

Karuan saja tapa Abimanyu asian banyak sekali provokasi dalam prosesnya, keikhlasan widyadara dan widyadari yakni suatu di antaranya.

Sedikitnya 20 orang penari dilibatkan n domestik tontonan ini.

Lakon-lakon lain nan juga timbrung-serta dimainkan bak partisan jalan cerita, meliputi bojog-bojogan, rangda, raksasa, dan barong yang menandakan Rwa Bhineda.


Aturan Penari

Aturan untuk para Penari tari kupu kupu
Sumur: www.lazada.co.id

Penari menjadi perkara yang krusial dalam Tari Kupu Kupu.

Karena itu, ada pengaturan idiosinkratis terhadap kriteria penari internal setiap pementasannya di gelanggang.

Kendati disko ini lumrah dibawakan baik oleh tukang tari pria maupun wanita, saja tak bisa sebaur keduanya.

Dengan kata lain, seandainya memang ingin dipentaskan maka dari itu peronggeng laki-laki, maka satu regu harus pintar pria semuanya, semacam itu pun nan berlaku bagi tukang tari wanita.

Jumlah penayub dalam satu grupnya haruslah ganjil, minimum kurang 3 basyar, paling sering dijumpai 5 insan, sementara paling banyak bisa hingga 9 orang.


Penataan Busana dan Tata Rias

Kostum tari kupu kupu untuk anak-anak
Sumber: https://prelo.co.id

Seragam nan dikenakan oleh para bedaya sengaja dibuat dengan tingkat kemiripan yang sangat tangga dengan aslinya, yakni rama-rama.

Rok komandan yang digunakan yaitu kemben, sementara kejai batik untuk bawahannya.

Mengenai warna, tak ada patokan atau pakemnya.

Yang jelas, dandan tersebut umumnya mengarah cerah dan berwarna-warna.

Pasti bagi sedekat mungkin menyerupai kupu-kupu tulus yang radikal, doang indah, menarik, dan memenjara.

Penggunaan Busana pada tari kupu kupu anak-anak
Sumber: mommiesdaily.com

Namun secara pakem, tata busana Tari Rama-rama Tarum terdiri berbunga:

  • Badong, gelungan bulat di gala maupun kalung.
  • Tutup dada
  • Angkin
  • Ampok-ampok
  • Kamen, semacam jarik atau jarit.
  • Bunga perak
  • Bunga emas
  • Mahkota, seumpama lambang keanggunan.
  • Kace, yang merepresentasi keindahan.
  • Klat Pundak dan Cakep buat hiasan.
  • Kemben.
  • Batik berwarna, seperti mana warna hijau.
  • Ulos berwarna, misalnya merah dan asfar.
  • Centing
  • Hiasan berupa sayap kupu kupu.


Peruntungan dan Aksesoris

bando untuk penari tari kupu kupu
Mata air: www.bukalapak.com

Keunikan Tari Kupu-Kupu Tinta mulai berpokok sekelamin sayap rama-rama nan berada di tangan kanan dan kiri penari.

Selain itu, mereka pula mengenakan topi penandak berupa mahkota emas alias gelungan berbentuk petitis nan diisi sepasang antena layaknya kupu-kupu.

Kemudian ditambah sapu tangan dan pita.

Selain berbentuk solo menyerupai sayap kupu-kupu, propertinya juga bisa berupa sampur (selempang) yang diikatkan pinggang para penari, sehingga bisa ibaratkan seperti sayap kupu-kupu.


Iringan Irama

Musik pengiring untuk tari kupu kupu
Sumur: https://gramho.com

Gamelan orkestra Bali dikenali menjadi alat musik pengiring Tari Kupu Kupu.

Propaganda Disko Rama-rama dapat meredam emosi, karena dukungan suara kilap semenjak permainan gamelan orkestra lewat membeku-padan yang sesuai irama, menghasilkan keindahan kehangatan dan solidaritas nan cantik.

Pemain Beleganjur Bali adalah sekelompok musisi yang terletak di episode samping panggung saat pemenntasan berlangsung.

Jumlahnya berbanding lurus dengan berapa banyak radas musik yang dimainkan.

Puas perkembangannya, keluaran irama akan dipadukan suara suatu atau dua orang sinden (penyanyi) yang melagukan lagu atau gending nan sani, sehingga membuat musik tersebut bertambah semangat.

Gending nan digunakan biasanya menyejajarkan bahasa setempat.

Tari Kupu Kupu habis (semacam) menjadi antitesa dari Tari Kecak yang memang dikenal kental dengan hentakan-hentakan kasar.


Manuver

Gerakan dan Pola Lantai dalam tari kupu kupu antara lain
Sumber: https://brainly.co.id

Manuver Joget Kupu-kupu lebih mengikutsertakan dominasi gerakan berusul semua putaran raga, terutama bagian kaki dan tangan yang dengan gemulai terus mengajuk irama berpunca alunan iringan musik.

Sebab dilihat secara keseluruhan, gerakan-gerakannya memang meniru prilaku rama-rama di alam.

Temporer yang paling menarik, ialah ketika propaganda selendang naik-turun berangkat dilakukan oleh sang penari.

Jika kesemua gerakannya kompak, maka akan menambah kesan elokan intern tariannya.

Berikut bilang istilah yang dipakai kerumahtanggaan ulah gerak Tari Kupu-kupu:

  • Ngagem.
  • Ngegol, riil gerakan episode pinggul ke kanan dan kiri, nan bersamaan dengan menggerakkan suku kanan dan kidal.
  • Nyeledet, propaganda bola indra penglihatan ke kanan alias kiri nan diikuti maka dari itu operasi penasihat.
  • Nyeliyer, persuasi menyelimuti satu mata.
  • Ngeseh, gerakan ngejat pundak.
  • Ngaed.
  • Ileg-Ileg, berupa aksi fragmen leher ngotag ke kanan dan kidal.
  • Cegut, persuasi kepala melihat ke bawah disertai mecuk alis.

Bila rincian di atas merupakan “penamaan” dalam setiap gerakannya, maka yang berikut ini yakni macam-macam tulangtulangan gerakannya:

  • Propaganda rama-rama yang keruh di tempatnya (4×8 hitungan).
  • Kampanye kupu-kupu yang resah secara bergerak (2×8 hitungan).
  • Gerakan melompat (2×8 hitungan).
  • Operasi berkimbang-kimbang (2×8 hitungan).
  • Gerakan mengekspos dan menudungi sayap kupu-kupu (2×8 hitungan) kanan-kiri.
  • Aksi kibasan (2×8 hitungan).
  • Gerakan ayunan (2×8 hitungan).
  • Persuasi bertukar kanan dan kiri (2×8 hitungan).
  • Dan lain lain.

Tari Rama-rama bahkan lebih kalem, sepan kontras dengan tari Bali lain yang menumpu enerjik.

Sementara internal Tari Kupu Kupu Kuning untuk varian nan dimainkan oleh momongan-anak, terdapat sejumlah modifikasi berlandaskan hitungan dalam gerakannya, yaitu:

a. Tema Gerak

Gerak Kegembiraan, yakni persuasi bersuka-cita, melompat berulangkali, melambai-lambaikan sayap, setakat berbuai.

Operasi yang menyerupai pokok kayu atau binatang.

b. Gerak Tangan dan Ujung tangan

Nyekiting, menggerakkan ruas ibu jari tangan yang bertemu ujung jari tengah, dengan posisi tangan serta merta memegang sandang.

Menthang, meluruskan tangan ke arah samping.

Malangkerik, memosisikan tangan berkecak pinggang.

c. Gerak Kaki

Nggurdho, tidak mengenakan telapak kaki (tungkak) belakang ke lantai, ataupun seperti menggantung.

Kicat, mengangkat tungkai kiri, tentatif suku kanan di ubin, terlampau menyanggang ujung tangan-jari kaki kiri agar tidak menyentuh lantai.


Komplet Ubin

Pola lantai pada setting panggung tari kupu kupu
Sumber: https://gramho.com

Tari Kupu-kupu menggunakan Transendental Tegel Garis Literal nan dikembangkan dalam lembaga vertikal maupun mengufuk (bisa keduanya).

Bagan Teoretis Lantai Vertikal adalah konseptual yang menyerupai sebuah garis, yang lurus mulai dari depan ke belakang.

Sementara Pola Lantai Mendatar adalah model yang membentuk garis lurus ke samping, baik dari sebelah kanan ke kiri maupun sebaliknya.

Beberapa pola lantai lain yang juga digunakan dalam variasinya meliputi:

Teladan Lantai V

Teoretis Lantai Segi Lima

Pola Lantai Persegi:

Pola Lantai Garis Verbatim nan dilambangkan privat lembaga segi empat.

Pola Lantai Buntar

Pola Tegel Diagonal, mengharuskan peronggeng berbaris dalam gambar garis nan menyudut ke kanan dan kiri.

Arketipe Lantai Trapesium


Makna dan Filosofi

Kandungan Makna dan Filosofi dalam tari kupu kupu
Sumber: en-gb.facebook.com

Menurut penciptanya (I Sulung Beratha), filosofi Tari Kupu Kupu Tarum adalah pencitraan eksotisme, kedamaian, dan kegagahan nan ada di Pulau Bali.

Gerakannya bahkan tampak begitu juga kupu-kupu yang sedang panik (sesuai namanya), bila dilihat sepintas.

Pakaian para penari yang tampak berwarna-warni menambah kesan kehangatan.

Nuansa rukun nan tecermin lagi melalui mereka, menciptakan menjadikan Tari Kupu Kupu kian menganjur nun sangat indah.

Campuran gelap-terang begitu juga biru, mentah tua, dan kuning emas pada kostum, serta kilauan plong mahkota berpangkal pernak-pernik keemasan, memvisualkan keindahan di tengah kontrasnya perbedaan.

Seperti kondisi sosial, kegantengan alam, budaya, keyakinan, dan keberbagaian karya seni masyarakat Bali yang disatukan ke dalam keakuran gerak.

Walau musik pengiringnya dihasilkan dari alat yang setara (Gamelan Bali), terserah harmoni nada dengan kelembutan mentrum di sana.

Keseluruhan pemaknaan ini mencerminkan akal pikiran Beratha dengan pandangan nan sangat terbuka.


Perkembangan Tarian


1. Tari Kupu Kupu Tarum

Tari Kupu Kupu Tarum pada masa kini
Sumber: www.picuki.com

Tarian Kupu-Kupu Tarum mengalami perkembangan yang demikian pesat dewasa ini.

Salah satu faktornya cak semau pada banyaknya tata adu tari yang salah-satunya weduk Tari Kupu-Kupu Tarum.

Ketika piodalan kembali, Tari Kupu-kupu-lah yang jamak dipentaskan bikin menghibur atau balih-balihan.


2. Tari Kupu Kupu Anak-Momongan

Tari Kupu Kupu Kuning untuk Anak-Anak
Mata air: nebulamum. wordpress.com

Tari “Kupu Kupu Kuning Angarung Osean” adalah invensi dalam bidang kesenian yang dihasilkan oleh Citra Usadhi Mengwitani, di Kabupaten Badung, Bali.

Tarian jenis kelompok ini dibawakan oleh sembilan anak perempuan, yang memakai kostum rama-rama asfar iminatif, diiringi buaian musik dari seperangkat Gamelan Semarandana.

Tariannya sendiri dituangkan kerumahtanggaan barungan gamelan tersebut dengan permainan patet, lengkap beserta dinamika dramatik bagi alur tematik C.

Tujuannya semata bagi mendiseminasikan sejarah Kerajaan Karangasem, sekaligus umpama informasi kepada mahajana bahwa peristiwa bersejarah itu bisa divisualisasikan menjadi tarian.

Selain itu, tentu saja agar menaik keanekaragaman dan substansi tarian anak-momongan.

Sehingga akan cak semau bertambah banyak sekali lagi pilihan bakal mereka dalam menjiwai seni budaya Bali.


3. Drama Tari Kupu Kupu

Drama Tari Kupu Kupu Carum
Sumur: www.balipost.com

Lain versi Asfar ketimbang Sotong, lain lagi varian Carum.

Dikisahkan, Kupu-Kupu Carum ialah pengganggu tapa Abimanyu cak bagi memperoleh anugerah “Ayawanggani” pemberian dari Bhatara Siwa.

Tak namun menyukai wangi bunga, Kupu-Kupu Carum adalah jelmaan widyadara dan widyadari nan berusaha menggoda tapa Abimanyu.

Pesannya adalah akan halnya ketabahan manusia internal menghadapi cobaan sampai mampu meraih keinginannya.

Walau sudah ada di Ubud semenjak asa-kira masa 30-an, Kupu-Kupu Carum luang mengalami musim-tahun jarang dipentaskan.

Diupayakan kambuh seputar 10-15 tahun adv amat di Banjar melalui pementasan di hadapan wisatawan mancanegara, tetapi hilang karena sponsornya sudah lalu tidak ada pula.

Masalah tersebut maupun permintaan pentas yang minim bukanlah satu-satunya perintang.

Keinginan generasi muda untuk menekuni kesenian ini nan erat tidak ada juga termuat.

Drama tari seperti ini jika teristiadat diarahkan menjadi pertunjukan komersial, mudahmudahan minat generasi muda bisa terpacu dan lain mengalami vakum kembali.

Malah, detik para seniman nan sudah gaek tidak ada lagi, maka akan kian sulit kerjakan membangkitkannya.

Kredit estetika alias kegantengan Tari Kupu-Kupu terpandang dalam gerakan gesit nun dinamis dan mengerangkeng, perpaduan dandan bawah tangan dan terang kostum, serta pernak pernik mahkota bermula para penarinya.

Itulah pembahasan mengenai tari kupu-kupu, salah suatu disko kebesarhatian Indonesia andai keunikan dan poin eksotis kebudayaan bangsa.

Kecintaan dan kebanggaan lega nasion sendiri akan keluih, saat mau semakin mengenal kebudayaannya.

Jangan hingga kebudayaan yang telah sedemikian beranekaragamnya hilang, seiring zaman yang kian berkembang beserta kejayaan teknologinya.

Source: https://www.selasar.com/tari/kupu-kupu/