perbedaan sufi dan salafi
Spoiler for
Transkripsi Pembicara Ismail ibn Musa Menk, also known as Mufti Menk, is a Muslim cleric and Mufti based in Zimbabwe:
Momen seseorang menebar kejijikan terhadap orang lain, jangan dengarkan, dan kalau bisa beritahu mereka, “Tolong, jangan bicarakan insan tak. Aku tahu diriku, aku koteng Muslim, dan aku mencoba menyebarkan pesan baik(dakwah) ke seluruh kerubungan biarkan aku mengamalkan dakwahku”
Tepat disaat aku menganjal bagi melawan mereka, aku menjadi petarung, aku menjadi petarung, aku menciptakan masalah lebih besar.
Lalu mungkin nan akan berdakwah?
Karena tenagaku, semua tenaganya sekarang digunakan bakal dibuang-buang, buat melakukan sesuatu nan tekor bermanfaat, bahkan apalagi menghempaskan.
Jadi bantu ketahui, momen kau mendengar suatu cap alias tera, kau harus lebih cerdas tinimbang cap itu.
Kau harus terbang di atasnya dan berucap, “Apapun yang nomplok bermula hamba allah ini, akan kuambil. Apapun nan buruk, akan kubuang.”
Alasannya ialah, lamun kau masuk dalam grup tertentu, ini bukan berarti apapun yang dikatakan ustad pecah grupmu bermartabat semuanya.
Mereka lagi akan mengatakan peristiwa yang salah, kau harus memilahnya.
Kaprikornus inilah kenapa aku berfirman, “Yuk jangan biarkan umat kita mengabu karena nama-cap yang ada ini.”
Ambil yang baik dari setiap orang dan tinggalkan yang tidak baik, tidak peduli darimana asalnya.
Spoiler for
Transkrip Pembicara Zakir Abdul Murah hati Mendaki, is an Indian Islamic preacher, and the founder and president of the Islamic Research Foundation:
Jika kau menyibuk masa vitalitas pada memori Rasulullah, kamu bukan mengutip hadits maupun ayat Quran manapun yang menjuluki dirinya Salafi. Jadi logikanya aku enggak akan membahasnya.
Dan plong zaman Rasulullah, ada orang, Nifak. Oke?
Ada orang-sosok munafik.
Para sahabat tidak menafsirkan tanda mereka. Ada Khariji, Khawarij, Kharajites.
Mereka menyebut diri mereka Khariji, orang-orang menyerahkan mereka cap, para sahabat teguh menegur mereka Muslim.
Apakah para Sahabat berkata, “Beri mereka segel baru?” Tidak!
Mereka terus menyebutnya Muslim.
Suka-suka Mu’tazilah, tapi orang-sosok tetap menegur mereka Orang islam.
Jadi pada masa itu pun ada perbedaan, bukan penting tidak suka-suka.
Sekarang berkenaan pertanyaannya, Syekh Nashiruddin al-Albani berkata, “Kau harus menyebut dirimu Salafi.”
Pertanyaanku yakni, Salafi yang mana? Aku bertanya kencong.
Segala kau tahu suka-suka berapa banyak Salafi? Apa kau Qurtubu atau Sururi, atau Madkhali?
Aku boleh mengistilahkan Salafi lainnya.
Dengarlah, aku tidak berbicara menentang siapapun, jangan misinterpretasi. Aku enggak bertujuan menyinggung mereka.
Tapi sampai-sampai n domestik Salafi cak semau berbagai grup.
Dan takdirnya kau pergi ke Inggris, Masya Allah, Subhanallah, Allahu Akbar.
Cak semau sedemikian itu banyak grup!
Di Inggris, setiap grup saling berselisih menyapa Salafi lainnya “kafir”.
Naudzubillah!
Jadi kau tertera Salafi yang mana?
Dan juga, apapun cap yang kau berikan, pasti ada ‘farraqu’ (hamba allah-orang nan memecah-belah).
Ketika Syi’ah datang, orang-sosok berkata, “Kami Sunni.” Ada juga kelompok “Ahlus Sunnah wal Jama’ah”.
Kemudian lagi-kembali ada Hanafi, Syafi’i, Hambali, Maliki. Kemudian terserah pula Salafi, Ahli Haditz. Apalagi ada grup intern keramaian ini.
Tepat momen cak semau cap yang diberikan turunan, cenderung ada ‘farraqu’ (anak adam-basyar nan memecah-belah).
Sampai-sampai suka-suka perpisahan, Allah berfirman akan halnya itu.
Tapi jangan pikir dalam cap atau jenama yang kau berikan bukan akan ada parak. Bukankan Allah maha tahu?
Almalik tahu akan suka-suka perpecahan dalam umat Orang islam. Dia berfirman dalam Quran, Rasulullah menubuatkan.
Tapi Rasulullah bukan bersabda, “Tutur dirimu Pakar Hadits, ucap dirimu Salafi”.
Salafi yang mana?
Kaprikornus mungkin di masa tadinya Syekh Nashiruddin al-Albani, tidak ada grup dalam Salafi, tapi sekarang terserah, Sururi, Madkhali, Qurtubi.
“Oh, dia enggak benar”, dia menyebut dirinya sendiri Salafi.
Jadi waktu ini ada muslihat bau kencur, “True Salafi!” Salafi Sejati! Aku mengaji muslihat berjudul “True Salafi!”
Barang apa faedah terbit “True Salafi” ini?
Aku Katakan, “Kau adv pernah kami n kepunyaan acara training dakwah di Bombay. Kami mengundang berbagai hamba allah dari penjuru dunia.
Ada 19 orang dari 14 negara, dan banyak dari mereka masya Halikuljabbar, mulai sejak Madinah University, terbit Bahrain University, kian semenjak 50% adalah Salafi, Masya Yang mahakuasa”.
Jadi kami berbuat urun pendapat. Jadi kemudian saya mengajukan pertanyaan.
“Salafi singkatnya adalah aku beriktikad puas Quran dan hadits atau Salafush Shalih, nan disingkat Salafi”.
Jadi saya menyoal ke anda, “Apakah Salafush Shalih lebih baik ataupun Muhammad S.A.W.?”
“Kelihatannya yang lebih baik?”
Engkau merenjeng lidah, “Muhammad S.A.W.”
“Jadi kenapa lain menjuluki dirimu Muhammadi?”
Benar alias Salah?
Siapa yang lebih atasan, Muhammad S.A.W. maupun Allah? Allah!
Jadi seseorang yang tunduk pada Allah disebut segala apa? Muslim!
Oke?
Jadi disini kita menyadari bahwa jika kau kepingin memberikan segel maupun label.
Daripada Salafi, Muhammadi lebih baik.
Daripada Muhammadi, Muslim makin baik.
Dengan seperti itu aku katakan bakal segel alias cap aku makin memilih menegur diriku Muslim!
Patut sudah. Sejak awal Muslim, sampai kapanpun Mukminat!
Moga yang lagi lega bersengketa baca thread ini ya gan, kangen daerah Indonesia yang damai
Source: https://www.kaskus.co.id/thread/589ca785c0cb17b9338b4567/salafi-wahabi-sufi-manakah-yang-benar/