musik keroncong yang berkembang saat ini merupakan budaya asli dari
Keroncong | |
---|---|
Sumber aliran | Fado (irama negeri Portugis) |
Sumber kebudayaan | Abad ke-16 (Sunda Nyiur dan Maluku) |
Alat nada yang biasa digunakan |
|
Genre senyawa (fusion) | |
|
Waldjinah bersama Orkes Keroncong Medali Surakarta.
Orkes Keroncong Merah Putih yang berbasis di Bandung.
Keroncong
adalah jenis irama singularis Indonesia yang menggunakan instrumen musik kabel, suling, dan vokal.
Dasar usul
[sunting
|
sunting sumber]
Akar keroncong bermula terbit sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado yang diperkenalkan maka itu para pelaut dan budak kapal niaga bangsa itu sejak abad ke-16 ke Nusantara. Berusul daratan India (Goa) masuklah musik ini mula-mula mana tahu di Malaka dan kemudian dimainkan makanya para budak dari Maluku. Melemahnya pengaruh Portugis pada abad ke-17 di Nusantara bukan dengan serta-merta berguna hilang pula musik ini. Rangka awal musik ini disebut
moresco
(sebuah tarian asal Spanyol, seperti polka agak lamban ritmenya), di mana salah satu lagu oleh Kusbini disusun sekali lagi saat ini dikenal dengan nama Kr. Muritsku, yang diiringi maka itu alat irama telegram. Irama keroncong yang pecah pecah Tugu disebut keroncong Tugu. Dalam perkembangannya, timbrung sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti penggunaan seruling serta beberapa komponen beleganjur. Pada sekeliling abad ke-19 tulang beragangan irama senyawa ini sudah populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan menyentuh Semenanjung Malaya. Periode keemasan ini berlanjut hingga seputar tahun 1960-an, dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang nada tenar (musik rock nan berkembang sejak 1950, dan berjayanya grup musik Beatles dan sejenisnya sejak tahun 1961 setakat masa ini). Walaupun demikian, musik keroncong masih tetap dimainkan dan dinikmati maka dari itu beragam lapisan masyarakat di Indonesia dan Malaysia hingga saat ini.
Fado, Gereja Protestan dan Musik Keroncong
[sunting
|
sunting sendang]
Irama Keroncong
[1]
timbrung ke Indonesia sekitar tahun 1512, yaitu pada perian ekspedisi Portugis bimbingan Afonso de Albuquerque datang ke Malaka dan Maluku tahun 1512. Karuan cuma para pelaut Portugis membawa lagu diversifikasi
Fado, ialah lagu rakyat Portugis bernada Arab (strata nada minor, karena orang
Moor Arab
susunan mengendalikan Portugis/Spanyol tahun 711 – 1492. Lagu diversifikasi Fado masih ada di Amerika Latin (palagan jajahan Spanyol), seperti yang dinyanyikan Trio Blong Panchos atau Los Paraguayos, alias juga lagu di Sumatra Barat (budaya Arab) sebagaimana
Ayam Den Lapeh.
Pada tahun 1661, administrasi VOC memperlainkan narapidana Portugis dan budak pangkal Goa (India) di Kampung Tugu dengan syarat mereka harus pindah agama berpunca Katolik menjadi Protestan, sehingga rasam menyanyikan lagu Fado menjadi harus bernyanyi begitu juga dalam Basilika Protestan, nan pada
tahapan nada mayor.
Selanjutnya pada tahun 1880 Musik Keroncong lahir, dan sediakala ini Musik Keroncong juga dipengaruhi lagu Hawai yang dalam tangga nada mayor, yang juga berkembang pesat di Indonesia bersamaan dengan Musik Keroncong (tatap Musik
Tungkai Ambon
atau
The Hawaian Seniors
pimpinan
Jenderal Polisi Hoegeng).
Radas-alat irama
[sunting
|
sunting sumber]
Intern bentuknya yang minimal semula, moresco diiringi oleh musik telegram, seperti biola, ukulele, serta selo. Perkusi juga kadang-kadang dipakai. Set orkes sejenis ini masih dipakai makanya keroncong Tugu, bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh peguyuban keturunan budak Portugis dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu, Jakarta Lor, yang kemudian berkembang ke sebelah selatan di Kemayoran dan Gambir oleh orang Betawi berbaur dengan nada Tanjidor (periode 1880-1920). Tahun 1920-1960 pusat perkembangan mengimbit ke Solo, dan beradaptasi dengan irama yang lebih lambat sesuai rasam orang Jawa.
Pem-“pribumi”-an keroncong menjadikannya seni campuran, dengan alat-perlengkapan musik sebagaimana
- sitar India
- rebab
- suling bambu
- gendang, kenong, dan saron sebagai satu set beleganjur
- kemung.
Waktu ini, alat musik yang dipakai n domestik orkes keroncong mencakup:
- ukulele
cuk, berdawai 3 (nilon), sa-puan nadanya adalah G, B, dan E; sebagai alat irama terdahulu yang menyuarakan
crong
–
crong
sehingga disebut keroncong (ditemukan tahun 1879 di Hawai, dan yakni awal tonggak mulainya nada keroncong) - ukulele
cak, berdawai 4 (pupuk), belai nadanya A, D, Fis, dan B. Makara ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak dolan plong panjang musik F (dikenal dengan sebutan
in F); - gitar listrik sebagai gitar listrik melodi, dimainkan dengan gaya kontrapuntis (anti melodi);
- biola (menggantikan Rebab); sejak dibuat maka dari itu
Amati
atau
Stradivarius
dari
Cremona Itali
sekeliling musim
1600
tidak pernah berubah modelnya hingga sekarang; - flute (mengantikan Suling Buluh), pada
Era Tempo Doeloe
memakai
Suling Albert
(bangsi kusen hitam dengan lubang dan injap, suara agak terputus-patah, konseptual orkes Lief Java), sedangkan pada
Era Keroncong Awet
mutakadim memakai
Seruling Bohm
(suling metal semua dengan klep, celaan makin subtil dengan ornamen nada yang indah, paradigma flutis
Sunarno bersumber Solo
atau
Beny Waluyo dari Jakarta); - selo; betot menggantikan kendang, kembali tidak pernah berubah sejak dibuat oleh
Amati
dan
Stradivarius
dari
Cremona Italia 1600, sekadar saja privat keroncong dimainkan secara khas
dipetik/pizzicato; - kontrabas (menggantikan Gong), sekali lagi bas yang dipetik, tidak pernah berubah sejak
Amati
dan
Stradivarius
dari
Cremona Italia 1600
membuatnya;
Penjaga nada dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar yang kontrapuntis dan selo yang ritmis mengatur transisi akord. Biola berfungsi umpama penuntun melodi, bertepatan paesan/ornamen pangkal. Flut mengisi hiasan atas, yang melayang-layang memuati ruang melodi yang zero.
Bentuk keroncong yang dicampur dengan irama tersohor sekarang menunggangi perlengkapan tunggal serta
synthesizer
untuk mengiringi lagu keroncong (di pentas pesta perabot unik yang serba bisa main keroncong, dangdut, rock, polka, mars).
Keberagaman keroncong
[sunting
|
sunting sumber]
Musik keroncong lebih mengarah pada progresi akord dan jenis alat yang digunakan. Sejak pertengahan abad ke-20 telah dikenal paling enggak tiga macam keroncong, nan dapat dikenali dari model progresi akordnya. Bagi musikus yang sudah memafhumi alurnya, mengiringi lagu-lagu keroncong sebenarnya tidaklah susah, sebab layak menyesuaikan pola nan berlaku. Ekspansi dilakukan dengan menjaga konsistensi acuan tersebut. Selain itu, terdapat pula bentuk-bentuk sintesis serta adaptasi.
Perkembangan musik keroncong kontemporer
[sunting
|
sunting sumber]
Setelah mengalami evolusi yang tinggi sejak kedatangan anak adam Portugis di Indonesia (1522) dan permukiman para budak di daerah Kampung Tugu masa 1661,[2]
[3]
dan ini merupakan
masa evolusi mulanya musik keroncong yang panjang (1661-1880), hampir dua abad lamanya, sahaja belum memperlihatkan identitas keroncong yang sepantasnya dengan celaan
crong-crong-crong, sehingga dapat dikatakan
musik keroncong belum lahir tahun 1661-1880.
Dan akhirnya
musik keroncong mengalami masa evolusi ringkas terakhir sejak tahun 1880 hingga kini, dengan tiga tahap kronologi terakhir nan sudah lalu berlangsung dan satu perkiraan perkembangan baru (keroncong millenium). Tonggak mulanya merupakan pada hari 1879,[4]
di saat penemuan ukulele di Hawai
[5]
yang segera menjadi alat musik utama dalam keroncong (celaan ukulele:
crong-crong-crong), sedangkan awal keroncong millenium sudah lalu suka-suka logo-tandanya, saja belum berkembang (Bondan Prakoso).
Empat tahap masa urut-urutan tersebut adalah[6]
- (a) Masa keroncong tempo doeloe (1880-1920),
- (b) Perian keroncong abadi (1920-1960), dan
- (c) Musim keroncong bertamadun (1960-2000), serta
- (d) Masa keroncong millenium (2000-kini)
Masa keroncong tempo doeloe (1880-1920)
[sunting
|
sunting sumber]
Ukulele ditemukan puas tahun 1879 di Hawaii, sehingga diperkirakan pada waktu berikutnya Keroncong baru menjelma pada tahun 1880, di wilayah Tugu kemudian hambur ke kidul distrik Kemayoran dan Gambir (lihat ada lagu Kemayoran dan Pasar Gambir, sekeliling perian 1913). Komedie Stamboel 1891-1903 lahir di Ii kabupaten Pelabuhan Surabaya tahun 1891, berupa
Pentas Kecondongan Instanbul, nan mengadakan pementasan keliling di Hindia Belanda, Singapura, dan Malaya habis kempang kereta jago merah maupun kapal api. Lega umumnya pertunjukan meliputi Kisahan 1001 Lilin batik (Arab) dan Kisahan Eropa (Opera maupun Rakyat), tercantum Hikayat India dan Persia. Laksana selingan, antar babak ataupun pembukaan, diperdengarkan irama mars, polka, gambus, dan keroncong. Partikular nada keroncong dikenal lega waktu itu Stambul I, Stambul II, dan Stambul III.
Plong waktu itu lagu Stambul berirama cepat (sekitar meter 120 buat satu ketuk seperempat musik), di mana Warga Kampung Tugu maupun Kusbini menamai ibarat
Keroncong Portugis, sedangkan Gesang menamai perumpamaan
Keroncong Cepat, dan berbaur dengan Tanjidor yang steril Betawi. Pada masa ini dikenal para musisi Indo, dan pemain biola legendaris ialah M. Sagi (perhatikan ki kenangan Idris Sardi main biola lagu Stambul II Jali-jali berdasarkan aransemen dari M. Sagi). Seperti diketahui bahwa pangkat lagu stambul adalah 16 mentrum, nan terdiri atas:
Stambul I
[sunting
|
sunting perigi]
Lagu ini misalnya Sinar Bulan, Runjam Padi, Nina Bobo, Sarinande, O Ina Ni Keke, Bolelebo, dll. dengan struktur kerangka A – B – A – B atau A – B – C – D (16 birama):
Stambul II
[sunting
|
sunting sumber]
Lagu ini misalnya Sang Jampang, Jali-Jali, di mana turut pada Akord IV bak ciri Stambul II dengan struktur A – B – A – C (16 ketukan):
- |I . . . |. . . . |. . . . |IV,,, | (keunggulan . artinya tacet)
- |,,,, |,,,, |,, V7, |I,,, |
- |,,,, |,,,, |,,,, |V7,,, |
- |,,,, |,,,, |,,,, |I,,, ||
Stambul III
[sunting
|
sunting mata air]
Lagu ini misalnya Kemayoran, di mana mirip dengan Keroncong A sli sehingga besar perut salah diucapkan dengan Kr. Kemayoran, nan hendaknya Stambul III Kemayoran, dengan struktur Prelude – A – Interlude – B – C (16 mentrum):
- Pr|I,,, |,,,, |
Prelude
2 birama - A1|,,,, |,,,, |
- A2|II#,,,|V7,,, |
Modulasi
2 birama - In|,,,, |IV,,, |
Interlude
2 birama - B1|,,,, |I,,, |
- B2|V7,,, |I,,, |
- C1|,,,, |,,,, |
- C2|V7,,, |I,,, ||
Musiq Losquin Makassar: Dari periode tempo doeloe ini lahir pun di Makassar bentuk keroncong khas yang dikenal laksana
musiq losquin’. Irama keroncong ini, tanpa seruling-biola-cello, tetapi dengan melodi guitar yang kental, mirip sama dengan kecenderungan
Tjoh de Fretes
dari
Ambon.
Kalau kita hubungkan kesemua ini, maka cak semau garis kesamaan dengan Orkes Keroncong Cafrino Tugu (Kr. Pasar Gambir) – Orkes Keroncong Lief Java (Kr. Kali Brantas) – Losquin – Orkes Hawaian Tjoh de Fretes (Pulau Ambon), yakni tendensi
era tempo doeloe
dengan irama yang cepat sudah dengan kendangan cello dan dengan guitar melodi yang kental.
Masa keroncong abadi (1920-1960)
[sunting
|
sunting sumber]
Pada tahun ini panjang lagu telah berubah menjadi 32 ketukan, akibat kontrol irama pop Amerika yang melanda lantai dansa Hotel-hotel di Indonesia sreg waktu itu, dengan musisi didominasi dari Filipina (seperti Pablo, Sambayon, dll), dan berakibat sekali lagi lagu pada hari itu sudah 32 birama juga, perhatikan lagu Indonesia Raya (diciptakan perian 1924) pada tahun itu pun sudah 32 birama. Lebih lanjut pusat perkembangan beralih ke timur mengimak jaringan kereta api melangkaui Solo dan iramanya kembali lebih lamban (sekitar 80 cak bagi seperempat nada) dengan kendangan cello mirip kendangan gamelan, dan permainan gitar akustik melodi mirip alunan siter irama gamelan yang kontrapuntis. Masa ini lahir para musisi Spesifik, seperti Gesang dan penyanyi legendaris Annie Landouw. Lagu Keroncong Abadi terdiri atas: Langgam Keroncong, Stambul Keroncong, dan Keroncong Zakiah.
Langgam Keroncong
[sunting
|
sunting sumber]
Bentuk lagu langgam ada dua versi. Yang mula-mula A – A – B – A dengan pengulangan dari fragmen A kedua seperti lagu standar pop: Verse A – Verse A – Bridge B – Verse A, panjang 32 birama. Beda sedikit pada versi kedua, ialah pengulangannya bersama-sama pada bagian B. Cak agar sudah n kepunyaan bentuk baku, namun pada perkembangannya irama ini lebih bebas diekspresikan. Penyanyi serba bisa Hetty Koes Endang misalnya, dia cinta menyulam lagu-lagu non keroncong dan langgam menggunakan irama nan sama, dan kebanyakan tetap dinamakan langgam. Silsilah akord-nya andai berikut:
- Verse A | V7,,, |I,,, | IV, V7, | I,,, | I,,, | V7,,, | V7,,, | I,,, |
- Verse A |V7,,, | I,,, | IV, V7, | I,,, | I,,, | V7,,, | V7,,, | I,,, |
- Bridge B |I7,,, |IV,,, | IV, V, | I,,, | I,,, | II#,,, | II#,,, | V,,,|
- Verse A |V7,,, |I,,, | IV, V7, | I,,, | I,,, | V7,,, | V7,,, | I,,, |
Stambul Keroncong
[sunting
|
sunting sumber]
Stambul Keroncong berbentuk (A-B-A-B’) x 2 = 16 birama x 2 = 32 ketukan, merupakan modifikasi Stambul II yang 16 birama menjadi 32 birama (menyejajarkan standar Keroncong Awet nan 32 birama). Stambul yaitu keberagaman keroncong nan namanya diambil bersumber gambar sandiwara bangsawan yang dikenal pada akhir abad ke-19 hingga paruh awal abad ke-20 di Indonesia dengan nama
Humor stambul. Etiket “stambul” diambil dari Istambul di Turki.
Alur akord Stambul Keroncong adalah sbb. (logo – adalah tacet atau iringan tidak dibunyikan):
- |I – – – | – – – – | – – – – |IV,,, |
dibuka dg broken chord I utk mencari nada - |IV,,, |IV,,, |IV, V,|I,,, |
- |I,,, |I,,, |I,,, |V,,, |
- |V,,, |V,,, |V,,, |I,,, |
- |I,,, |I,,, |I,,, |IV,,, |
16 birama ini pengulangan dari 16 mentrum pertama atau sama - |IV,,, |IV,,, |IV, V, |I,,, |
- |I,,, |I,,, |I,,, |V,,, |
- |V,,, |V,,, |V,,, |I,,, |
Keroncong Bersih
[sunting
|
sunting perigi]
Keroncong ikhlas punya bentuk lagu A – B – B’. Lagu terdiri atas 8 baris, 8 derek x 4 birama = 32 ketukan, di mana dibuka dengan PRELUDE 4 mentrum nan dimainkan secara instrumental, kemudian disisipi INTERLUDE barometer sebanyak 4 birama yang dimainkan secara instrumental juga. Keroncong masif diawali oleh
voorspel
maupun
prelude, atau
intro
yang diambil pecah baris 7 (B3) berorientasi ke nada/akord awal lagu, yang dilakukan oleh alat musik melodi seperti mana suling/flut, biola, atau gitar; dan
tussenspel
atau
interlude
atau
intermezzo
di tengah-tengah setelah
modulasi/modulatie/modulation
yang tolok untuk semua keroncong asli: Alur akordnya seperti tersusun di bawah ini:
- Pr |V,,, |I, I7, |IV, V7, |I,,, |
Prelude
4 birama diambil terbit leret ke-7 (B3) - (A1) | I,,, | I,,, | V,,, | V,,, |
- (A2) |II#,,, | II#,,, | V,,, |
Modulasi yakni ciri keroncong asli sebanyak 4 birama - In |V,,, | V,,, | V,,, |IV,,, |
Interlude
4 birama lakukan semua lagu menjadi barometer - (B1) | IV,,,| IV,,,|V7,,, | I,,, |
- (B2) |I,,, | V7,,, | V7,,, | I, I7, |
- (B3) |IV, V7, |I, I7, | IV, V7, |I,,, |
- (B2) | I,,, | V7,,, | V7,,,| I,,, |
Kadensa Keroncong
Internal Teori Musik Klasik dikenal 4 (catur) jenis Kadensa, di mana Kadensa adalah satu kontak keakuran sebagai penutup puas akhir melodi atau di tengah kalimat, sehingga bisa menutup transendental melodi tersebut atau setengah mengerudungi (sementara) melodi tersebut. Sedangkan Tierce de Picardy boleh dimasukan dalam Kadensa, dan pada Masa Keroncong Abadi tercipta satu Kadensa baru, disebut Kadensa Keroncong dengan rangkaian penghabisan I-I7-IV-V7-I.
- Kadensa dengan aliansi V7-I disebut sebagai
Kadensa Sempurna, karena paradigma menutup nikah tersebut dan terasa berhenti abstrak. - Saja kalau akord X-V7 menjadi penutup rangaian, maka disebut
Kadensa Tidak Sempurna
alias Sekelumit Kadensa, misalnya rangkaian Super Tonik – Dominan Septim. - Sekiranya sangkut-paut harmoni diakhiri sreg X-VI, maka disebut
Kadensa Terputus, misalnya Doninan Septim – Submedian. - N domestik sangkutan IV-I disebut
Kadensa Plagal, mempunyai sifat sendu sama dengan kalau kita mengucap “Amin” kerumahtanggaan salat. - Lagu kancing minor ditutup lega rahasia mayor, disebut
Tierce de Piecardy, jadi sebenarnya bukan kadensa, doang biasanya dipakai intern pengunci lagu - Kadensa Keroncong, tunggal dikembangkan dalam musik keroncong, yaitu pergaulan harmoni I7-IV-V7-I
Ismail Marzuki (1914-1958)
Penggubah lagu Ismail Marzuki teragendakan hayat dalam
Era Keroncong Abadi, namun lagu-lagunya sangat maju sreg zamannya, misalnya
Sepasang Indra penglihatan Bola
ditulis kerumahtanggaan kunci minor sehingga dapat dinyanyikan dengan iringan keroncong sebagai halnya
keroncong beat (1958).
Gambang Keromong
Gambang Keromong adalah salah satu kecenderungan keroncong yang dikembangkan maka dari itu Etnis Tionghoa (gambang merupakan perabot musik bilah kayu seperti marimba, sedangkan keromong adalah istilah lain dari kempul) yang dikembangkan seputar tahun 1922 di Kemayoran Jakarta (tanjidor), sahaja kemudian berkembang di Semarang sekitar hari 1949 (pulang ingatan lagu Gambang Semarang – Oey Yok Siang). Sememangnya Gambang Keromong nan lahir plong Masa Keroncong Lestari 1920-1960 adalah cikal bakal Campursari yang lahir plong Tahun Keroncong Berbudaya.
Masa Keemasan
(The Golden Age). Pada hari 1952, Radio Republik Indonesia (RRI) menyelenggarakan perlombaan
Bintang Radio
dengan 3 varietas, Keroncong, Hiburan dan Seriosa. Di sanmping itu pun dilombakan mencipta lagu keroncong, salah satu pememnag adalah Musisi Kusbini dengan lagu Keroncong Pastoral. Puas masa akhir dari Keroncong Awet (1920-1960) ini yakni Waktu Keemasan (Golden Age) bagi musik keroncong.
Waktu keroncong modern (1960-2000)
[sunting
|
sunting sumber]
Jalan keroncong masih di kewedanan Spesial dan sekitarnya, tetapi unjuk plural gaya baru yang berbeda dengan Masa Keroncong Kuat (termasuk musisinya), dan merupakan perbaikan sesuai dengan lingkungannya.
Mulai
Masa keroncong modern
(1960-2000)
semua sifat baku
(pakem)
Musik Keroncong tak berlaku, karena
mengikuti aturan baku
(pakem)
Musik Pop
yang bermain
universal, misalnya
tangga nada minor,
moda pentatonis Jawa/Cina, perhubungan keakuran
diatonik dan kromatik,
akord disonan, sifat
politonal atau atonal
(plong campursari), bukan megenal lagi pakem bentuk
keroncong zakiah atau stambul, ada nada
nuansa dangdut
(congdut), mulai tahun 1998
nada rap
start masuk (Bondan Prakoso), dlsb.
Langgam Jawa
[sunting
|
sunting sumur]
Bentuk orientasi keroncong terhadap tradisi nada gamelan dikenal sebagai langgam Jawa, yang berbeda dari langgam yang dimaksud di sini. Langgam Jawa memiliki ciri spesifik lega interpolasi alat antara tak siter, kendang (bisa diwakili dengan modifikasi permainan cello ala kendang),
saron, dan adanya
bawa
atau
suluk
nyata introduksi vokal tanpa instrumen untuk membuka sebelum irama dimulai secara utuh. Hari 1968 Langgam Jawa berkembang menjadi Campursari.
Umumnya mempunyai struktur lagu pop yaitu A – A – B – A atau juga A – B – C – D dangan besaran 32 ketukan. Lagu Langgam Jawa yang tersohor lega periode 1958 adalah ciptaan Anjar Any (1936-2008): Ringgit Ing Tawang Ana Lintang (Tawang intern Bahasa Jawa berarti: awang-awang, langit, dan makna lain merek satu desa di Magetan,
Sekiranya di Langit Ada Medalion). Langgam Jawa menjadi tenar makanya Waljinah yang pernah sebagai kampiun tingkat sekolah SMP di RRI Solo tahun 1958.
Keroncong Beat
[sunting
|
sunting sumber]
Dimulai makanya Yayasan Tunak Afiat didikan Rudi Pirngadie, di Jakarta pada tahun 1959 dan bisa mengiringi lagu barat pop (mau melangkah kian bersifat universal). Pada waktu itu Idris Sardi ikut tur ke New York World’s Fair Amerika Konsorsium dengan biola perian 1964 dengan pamrih mau membudayakan lagu pop barat (I left my heart in San Fransico, puas waktu itu tahun 1964 lagu ini merupakan keseleo satu hit di dunia) dengan iringan keroncong beat, semata-mata dia kena denda melanggar
oktroi
akibat tanpa izin.
Dengan Keroncong Beat maka beragam lagu (bukan dengan koneksi harmoni keroncong, termsuk kunci Minor) dapat dinyanyikan sama dengan La Paloma, Monalisa, Widuri, Mawar Berangka, dll.
Rampai Sari
[sunting
|
sunting sumber]
Di Gunung Kidul (DI Yogyakarta) pada tahun 1968 Manthous memperkenalkan gabungan organ klonengan dan musik keroncong, yang kemudian dikenal perumpamaan Campursari. Kini daerah Yogya, Unik, Sragen, Ngawi, dan sekitarnya, terkenal sebagai taktik para seniman musik campursari.
Keroncong Koes-Plus
[sunting
|
sunting sumber]
Koes Plus dikenal sebagai peneroka musik rock di Indonesia, pada sekitar tahun 1974 juga berharga internal musik keroncong yang rock. Keroncong Pertemuan adalah Keroncong Koes Berlebih dengan struktur rajah campuran (privat bahasa Belanda disebut Meng-vorm atau Inggris Combine form) antara Stambul II dan langgam Keroncong.
Keroncong Dangdut (Congdut)
[sunting
|
sunting sumber]
Keroncong dangdut (Congdut) merupakan jawaban atas derasnya pengaruh musik dangdut dalam nada naik daun di Indonesia sejak 1980-an. Seiring dengan menguatnya campur ekstrak di pentas musik naik daun rasial Jawa, beberapa musisi, konon dimulai dari Surakarta, memasukkan zarah
beat
dangdut ke dalam lagu-lagu langgam Jawa klasik maupun baru. Didi Kempot adalah pengambil inisiatif terdepan gerakan restorasi ini. Lagu-lagu nan terkenal antara enggak Stasiun Pacuan, Sewu Kuto.
Masa Kejayaan
Musik Keroncong. Pada Tahun Keroncong Maju ialah Waktu Kejayaan Musik Keroncong, di mana terdengar di mana-mana irama Langgam Jawa, Keroncong Beat, Campursari, koes Plus dan terakhir dengan Congdut dari Didi Kempot, menyentuh Suriname dan Belanda (1997-2008). Rupa-rupanya ini merupakan puncak kejayaan Musik Keroncong, sehingga Gesang senewen bahwa Keroncong Akan Lengang (2008, ucapan dia sebelum wafat).
Masa keroncong millenium (2000-masa ini)
[sunting
|
sunting sumber]
Walaupun musik keroncong puas era millenium (tahun 2000-an) belum menjadi putaran dari industri musik pop Indonesia, sekadar bilang pihak masih mengapresiasi nada keroncong. Kelompok irama Keroncong Merah Murni,[7]
kelompok keroncong berbasis Bandung masih patut aktif melakukan pertunjukan. Selain itu, Bondan Prakoso dan grupnya Bondan Prakoso & Fade 2 Black, menciptakan komposisi berjudul “Keroncong Protol” nan berbuntut memadukan irama gaya rap dengan musik latar pantat irama keroncong. Lega perian 2008 @ Khas International Keroncong Festival, Harmony Chinese Music Group mewujudkan suasana lain dengan memasukan partikel perabot musik tradisional Tionghoa dan menamainya sebagai Keroncong Mandarin.[8]
Congrock 17 menggabungkan dan memadukan musik rok dan musik keroncong.[9]
Tokoh keroncong
[sunting
|
sunting sumber]
Salah satu tokoh Indonesia yang mempunyai kontribusi sepan samudra dalam membesarkan musik keroncong ialah kiai Gesang. Pria asal kota Surakarta (Solo) ini malar-malar mendapatkan santunan setiap musim dari pemerintah Jepang karena berhasil memperkenalkan irama keroncong di sana. Salah satu lagunya yang minimum tenar adalah lagu Sungai Solo. Lantaran pengabdiannya itulah, oleh Gesang dijuluki “Bingkatak Keroncong” oleh insan keroncong Indonesia, sebutan untuk pakar musik keroncong. Gesang menyebut musik keroncong plong MASA STAMBUL (1880-1920), yang berkembang di Jakarta (Tugu, Kemayoran, dan Pancasuda) sebagai Keroncong Cepat; sedangkan setelah pusat perkembangan pindah ke Partikular (MASA KERONCONG ABADI: 1920-1960) iramanya menjadi lebih lambat.
Pangkal muasal sebutan “Buaya Keroncong” bikin Gesang berkisar puas lagu ciptaannya, “Bengawan Solo”. Sungai Solo ialah nama wai yang berada di wilayah Surakarta. Seperti diketahui, buaya memiliki habitat di paya dan sungai. Reptil terbesar itu di habitanya nyaris tak terkalahkan, karena menjadi pemangsa yang ganas. Pengandaian semacam itulah yang mendasari mengapa Gesang disebut sebagai “Buaya Keroncong”.
Di arah lain nama Andjar Any (Istimewa, pencipta Langgam Jawa lebih semenjak 2000 lagu nan meninggal musim 2008) lagi mempunyai andil kerumahtanggaan keroncong buat Langgam Jawa beserta [[Waldjinah99 (Istimewa), sedangkan
R. Pirngadie
(Jakarta) cak bagi Keroncong Beat,
Manthous
(Gunung Kidul, Yogyakarta) bikin Campursari dan
Koes Terlalu
(Solo/Jakarta) bagi Keroncong Rock, serta
Didi Kempot
(Solo) bakal Congdut.
Maklumat Mengenai Musik Keroncong
[sunting
|
sunting sendang]
Musim Penolakan
[sunting
|
sunting sumber]
Publikasi tentang nada Indonesia banyak dipublikasikan sejak awal abad ke-20.[10]
Diantaranya ada yang berbentuk tesis, disertasi, artikel, atau buku.[10]
Terbitan-terbitan ini biasanya dibuat oleh para musikolog asal Belanda.[10]
Antara hari 1900-1930 tercatat terserah sejumlah artikel di majalah ilmu permakluman atau majalah umum nan memuat pembahasan tentang irama tradisional Indonesia.[10]
Misalnya “Muziekale bechouwingen adv lewat’s Poetra’s Javaansch muziekskschrift” (1917), “De Soendanesche Angkloeng” (Biangca, 1938), “Javaansche gending ‘s bij land en bij seeling” (J.S. Brandt Buys, 1936), “Omtrent de Rebab” (1939), “De Toonkunst bij de Madoera” (1928), “Over Balische houten tromen, op wielen (koel-koel)” (L.C. Heyting, 1926), “Si Datas, de Bataksche Beethoven” (J. Koning, 1920), dan “Het Eiland Nias en zijne Bewoners: muziek instrumenttendans” (1909).[10]
Majalah-majalah nan memuat artikel-artikel tersebut antara tidak seperti
Bijdragen tot de Taal Land en Volkekunde,
Cultureel Nieuws,
Indie,
Indische Gids,
De Taak Nederlandsch Indie Oud en Niew,
d’Orient,
Djawa,
Tijdschrift van Bataviaasch Genootschappe, dan
Indisch Comite voor Wetenschappelijk onder zoekingen Batavia: publicatie.[10]
Namun, paling tak sampai pecahnya Perang Dunia II, mentah ada musikolog-musikolog yang membahas nada Keroncong.[11]
Alasannya antara lain yakni karena nada keroncong, sebelumnya, tidak dianggap bagaikan nada asli Indonesia, tidak sebagai halnya musik-nada tradisional putih area Sunda, Jawa, Bali, Sumatera, dan Kepulauan Maluku.[10]
[11]
Jenis musik ini dianggap sebagai irama nasion nafkah Indo-Eropa nan lewat di Indonesia.[11]
Intern kata lain musik ini disebut sebagai musik bastaard.[11]
Musik yang diciptakan dengan perpaduan corak musik Eropa, Melayu, dan Polinesia.[11]
Selain itu sekali lagi terdapat keki tersendiri terhadap umum peranakan Indo-Eropa nan dianggap sedikit derajatnya karena mewarisi perilaku buruk pecah para pendahulunya.[11]
Alasan kedua ialah karena keroncong dinilai sebagai nada hiburan yang memiliki citra tidak terhormat.[11]
Bersama dengan musik stambul, musik ini sangkut-paut dianggap ibarat seni kodian, vulgar, dan erat hubungannya dengan kemaksiaatan.[11]
Seorang penulis dan sejarawan, Lumbang Tobing, mengutip salah satu pendapat musikolog Belanda yang menyatakan bahwa musik keroncong munjung dengan sentimen tak sehat dan melankolis yang bisa mengakibatkan kemalasan.[11]
Riwayat Publikasi
[sunting
|
sunting sumber]
Diantara para penulis asing, nama-logo seperti De Haan, Manusama, dan Piegaud dikenal sebagai carik asing yang asosiasi meributkan musik Keroncong.[12]
Bagaikan dedengkot, Manusama meruahkan pandangannya terkait musik ini melewati terbitan kiat berjudul “Kerontjong als muziek instrument als melodie en als gezang
(Keroncong: andai waditra musik, misal melodi, dan sebagai nyanyian)” puas hari 1919.[12]
Di taktik ini anda membahas tentang dasar-usul nada Keroncong dan pula Stambul.[12]
Manusama memandang bahhwa musik ini merupakan jenis musik yang tersohor dan hidup subur di Pulau Jawa.[12]
Ia sekali lagi menumpahkan pandangannya bahwa musik ini memiliki mutu nan janjang, kegagahan, dan serasi dengan suasana belahan manjapada Timur.[12]
Pigeaud melalui artikelnya, “Over Den Huidigen Stand van De Toonel en Danskunts an de Muziek Beoveningen op Java” (Djawa, 1932) pernah secara singkat membicarakan jeni musik ini.[12]
Melalui kunci “Oud Batavia” (1923), De Haan membahas nada Keroncong dengan lebih luas, misalnya bagaimana perubahannya pecah jenis aslinya nan dibawa mulai sejak Portugis hingga menjelma sebagai Keroncong, Stambul, dan Irama Melayu.[12]
Hal-hal yang kurang dibahas oleh terbitan-terbitan ini ialah para pekerja musik Keroncong plong masa itu, seperti penyanyi, pembuat lagu, dan perkumpulan-institut orkesnya.[12]
Pada tahun 1940 buku berjudul “Djempolan Radio” terbit.[13]
Buku nan diterbitkan oleh Penerbit Kabe Yogyakarta ini menuliskan juga riwayat para seniman yang namanya lekat dengan musik Keroncong, misalnya Miss Netty, Miss Sulami, Miss Rukiah, Kartolo, Miss Titing, Miss Annie Landouw, kembali grup orkes Keroncong bernama Lief Java.[13]
Selain itu, terserah kembali jenis terbitan nan memuat lirik dan partitur nyanyian lagu-lagu Keroncong dan Stambul.[14]
Rahasia berjudul “Pusat penoentoen ja’itoe jang terpakai akan njanjian peroenga dan moeriskoe dari anak bestari” karangan H. Krafft nan terbit pada waktu 1893 diperkirakan bagaikan terbitan bermuatan lagu paling tua.[14]
Kemudian ada pula muslihat “TTH’s Kerontjong dan Stamboel Album” (1927) terbitan Toko “Tio Tek Hong”. Buku yang teridri pecah 8 jilid ini memuat 35 lagu keroncong dan stambul lama serta baru di jilid 1-4.[14]
Lalu, “Lagoe-Lagoe Fur Pianoforte componirt von Paul J. Seelig” (tahun bukan diketahui) memuat 6 buah lagu hiburan, yaitu “Stamboel”, “Rangoe-rangoe”, “Glatik Nineer”, “Lagoe Parsie”, “Abdoelmoeloek”, dan “Sipat Mo”.[14]
Keladak, “Verzameling van diverse krontjong liederen” yang diterbitkan maka itu Musik Handel Naesens & Co Tujungan Surabaya memuat lagu Keroncong daerah begitu juga “Kole-kole”, “O Ina Ni Keke”, “Patokaan”, “Hura Cincin”, “Sayang Kane”, serta 2 lagu Portugis yaitu “Terang Bulan” dan “Nina Bobo”.[14]
Selain itu, setidaknya dari tahun 1970-an sebatas setelah waktu 2000, tertulis beberapa buku penelitan tentang musik Keroncong.[14]
Penekanan-eksplorasi ini dilaksanakan baik oleh pemeriksa asing atau lokal.[14]
Buku-buku dari peneliti luar antara lain merupakan “In Defence of Keroncong” (Bronia Kornhaurser, 1978), Keroncong and Tanjidor – Two Cases of Urban Folk Music in Jakarta (Ernst Heins, 1975), dan Keroncong Indonesian Populer Music (Judith Becker, 1975).[14]
Kontribusi peneliti tempatan boleh dilihat dengan terbitnya buku seperti mana Disemisansi Musik Barat di Timur (Triyono Bramantyo, 2004) dan Bunga Angin Portugis di Nusantara (Paramita R. Abdurachman, 2008).[14]
Referensi
[sunting
|
sunting sumber]
-
^
Sunaryo Joyopuspito,
Irama KERONCONG: Suatu Analisis Berdasarkan Teori Musik, Bina Nada Akil balig – Jakarta 2006. -
^
Mahajana Toegoe, komunitas pertalian keluarga Portugis di marginal Jakarta http://www.krontjongtoegoe.com/ Diarsipkan 2010-02-07 di Wayback Machine. -
^
Prof. Victor Ganap, “KERONTJONG TOEGOE”, ISI Yogyakarta 2011 -
^
“Ukulele History” http://www.sheetmusicdigital.com/ukulelehistory.asp Diarsipkan 2006-10-25 di Wayback Machine. -
^
“A Little history of Ukulele” http://www.geocities.com/~ukulele/history.html -
^
Sunaryo Joyopuspito,
Ibid
-
^
“Dies Emas ITB: Keroncong Abang Kudus, Tidak Doang buat Orangtua”. Berita Perkumpulan Teknologi Bandung. Diakses rontok
2010-12-14
.
-
^
(Indonesia) Kompas, “Bengawan Singularis” dalam Irama Tradisional China” <http://nasional.kompas.com/read/2008/12/13/01194152/quotbengawan.soloquot.da -
^
https://www.kompas.com/hype/read/2019/11/07/185755866/congrock-17-jadi-penampil-pembuka-konser-mltr-di-semarang -
^
a
b
c
d
e
f
g
Suadi, Haryadi (November 2017).
Djiwa Manis Indoeng Disajang. Bandung: Kiblat Sosi Utama. hlm. 13. ISBN 978-979-8004-06-3.
-
^
a
b
c
d
e
f
g
h
i
Suadi, Haryadi (November 2017).
Djiwa Manis Indoeng Disajang. Bandung: Kiblat Sosi Penting. hlm. 14. ISBN 978-979-8004-06-3.
-
^
a
b
c
d
e
f
g
h
Suadi, Haryadi (November 2017).
Djiwa Manis Indoeng Disajang. Bandung: Kiblat Buku Utama. hlm. 15. ISBN 978-979-8004-06-3.
-
^
a
b
Suadi, Haryadi (November 2017).
Djiwa Manis Indoeng Disajang. Bandung: Kiblat Buku Utama. hlm. 16. ISBN 978-979-8004-06-3.
-
^
a
b
c
d
e
f
g
h
i
Suadi, Haryadi (November 2017).
Djiwa Manis Indoeng Disajang. Bandung: Kiblat Buku Utama. hlm. 17. ISBN 978-979-8004-06-3.
Pranala luar
[sunting
|
sunting sumber]
-
(Indonesia)
Situs web kata sandang sejarah keroncong -
(Indonesia)
Maestro Keroncong bermula Eksklusif -
(Indonesia)
Budaya Betawi, Eksotisme Aset Wisata Tersembunyi Diarsipkan 2007-09-28 di Wayback Machine. -
(Indonesia)
Forum akan halnya keroncong di BengkelMusik.com
Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Keroncong