materi penyelenggaraan jenazah kelas 11
BAB 6
Pengelolaan CARA PENGURUSAN JENAZAH
A.
Tata Mandu Perawatan Jenazah
1.
Memandikan mayit
Orang nan berhak lakukan memandikan jenazah adalah keluarga yang terdamping merupakan yang termasuk muhrim, suami, dan istri.
Apabila dari batih terdekat tidak ada nan dapat memandikannya, barulah diserahkan kepada orang lain nan bisa dipercaya, ialah orang yang boleh memandikan dan dapat menjaga aib ataupun keganjilan-ketaknormalan nan sekiranya cak semau sreg kunarpa.
Untuk buntang perempuan yang memandikan juga perempuan, dan jika layon suami-laki maka yang memandikan juga lanang.
Syarat jenazah yang dimandikan adalah :
a.
Orang Islam
b.
Memandikan seluruh raga ataupun mungkin sebagian tubuh yang bisa ditemukannya walaupun sebagian/sedikit.
c.
Mayit tersebut bukan mati syahid, sebab cak bagi orang nan meninggal karena perang membela agama alias mati syahid tak bisa dimandikan, dikafani, dan tidak disalatkan.
Rasulullah SAW mengomong :
إِنَّ النَّبِيَّ ص م لاَ يَغْسِلُ قَتْلَ أُحُوْدٍ وَلَمْ يُصَلِ عَلَيْهِمْ (رواه البخارى)
Artinya : |
“Sepantasnya Nabi Muhammad SAW tidak memandikan para korban Perang Uhud dan tidak pula menyalatkan mereka”. (H.R. Bukhari) |
Penyelenggaraan prinsip memandikan jenazah
a.
Batang ditempatkan diatas meja yang miring atau panggung yang agak tinggi, supaya percikan air dari dasar itu tidak setakat keatas adapun jenazah.
b.
Tempat kerjakan memandikan dicarikan tempat yang terkatup dan terlindungi.
c.
Diantara kenap atau ajang memandikan, diatasnya diletakkan rajangan pohon pisang sedikit lebih 6 tusuk yang digunakan sebagai bantalan.
d.
Pada ketika dimandikan jenazah diberi rok basahan, atau reja sarung sepatutnya auratnya tidak terbuka.
e.
Kemudian setelah disiapkan tempat memandikan, mayat diangkat dan diletakkan diatas pohon pisang yang berada diatas bidang datar, kemudian disiramkan ke seluruh tubuhnya dengan menunggangi air sabun.
f.
Membersihkan feses, begitu juga kotoran bermula perutnya, pada setiap lubang dengan menggunakan sarung tangan dengan cara ditekan pelan-pelan.
g.
Selepas bangkai dibersihkan dari najis dan kotoran pada setiap lubangnya dengan air sabun, kemudian dimandikan bagian badan sebelah kanan dan kidal.
h.
Hari memandikan jenazah disunahkan disiram tiga kelihatannya atau panca kali.
i.
Setelah jenazah selelsai dimandikan, lalu disisir rambutnya dengan rapi.
j.
Jenazah diwudukan sebagai halnya biasa kemudian disiram dengan air yang dicampur dengan wewangian.
k.
Badan bangkai dikeringkan dengan reja handuk.
l.
Kunarpa diangkat, kemudian diletakkan pada kain kafan nan mutakadim disiapkan.
2.
Mengkafani batang
Kain kafan untuk jenazah laki-laki minimum sedikit satu lapis, dan disunahkan tiga lapis
minus baju dan surban. Sedang bagi wanita disunahkan lima lapis yaitu kerjakan kejai basahan (bawah), rok, tutup kepala, leher, dan kain yang menghampari seluruh tubuhnya.
Biaya cak bagi kain kafan diambilkan dari harta si jenazah. Kalau tidak ada, maka bisa diambilkan dari keluarga terdekat atau yang menanggung nafkahnya musim dia masih hidup. Kalau tidak suka-suka, diambilkan dari baitul mal. Jika tidak ada, diambilkan bermula seluruh umat Selam nan mampu.
Urutan-urutan yang dilakukan hari mengkafani jenazah
a.
Membuat lembar pengebat, adv minim lebih 7 tali pengikat, kemudian diletakkan nyana-kira puas penggalan komandan, tangan, kaki, dengkul, dan alat penglihatan tungkai. Dua lawai lakukan ancang benang ujung atas dan ujung bawah.
b.
Kain kafan dibentangkan sekelumit demi seketul yang sudah ditaburi harum-haruman.
c.
Dibuatkan dan disiapkan kafan suplemen seperti gaun, kerudung dan basahan.
d.
Jenazah hendaknya diberi kapur barus yang sudah lalu dihaluskan, kemudian diangkat, jenazah internal keadaan terlayang dengan kain kafan diletakkan diatas kejai kafan yang sudah lalu disiapkan.
e.
Kedua tangan diletakkan diatas dadanya, tangan kanan diletakkan diatas tangan kidal (sedekap) atau boleh juga kedua tangannya diluruskan ke asal.
f.
Tempelkan kapas pada hidung, pusar, dubur, dan pada terowongan-lubang yang tak.
g.
Selimuti kain kafan sebelah kanan yang paling atas kemudian ujung makao arah kiri selanjutnya untuk selembar demi selembar sama dengan itu.
h.
Setelah tubuh batang diselimuti dengan perca kafan dengan kemas, kemudian tali-tali yang disiapkan sudah bisa diikatkan mulai dari lawe yang paling kecil ujung atas dan ujung bawah, kemudian utas kepala, kaki, dan takdirnya sudah radu segera disiapkan tempat bikin menyalatkan.
Video cara mengafani batang boleh dilihat dibawah ini !
3.
Menyalatkan jenazah
Setelah jenazah dikafani, kewajiban selanjutnya merupakan disalatkan dalam rangka mendoakannya. Hendaknya tanggungan terdekat, anak-anak, dan saudaranya ikut mendoakan dengan cara salat jenazah.
Syarat-syarat formal salat jenazah
a.
Orang Islam
b.
Suci dari hadas besar dan boncel, ceria jasmani, pakaian, dan tempat dari najis.
c.
Menyelimuti aurat dan menghadap kiblat
d.
Keadaan jenazah sudah dimandikan dan sudah dikafani
e.
Letak jenazah diarahkan kakbah orang yang menyalatkan.
Damai salat jenazah
a.
Niat dengan ikhlas mendambakan rida berpunca Tuhan
b.
Samar muka jika mampu
c.
Membaca kopi Al fatihah selepas takbir purwa
d.
Mendaras solawat Nabi setelah wirid kedua
e.
Membaca wirid jenazah selepas tahlil ketiga
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ
Artinya : |
“Ya Allah ampunilah beliau dan kasihanilah beliau dan sejahterakanlah dia”. |
f.
Membaca doa setelah takbir yang keempat untuk jenazah dan kita sendiri
اَللَّهُمَّ لاَتَحْرِ مْنَ أَجْرَهُ وَلاَ تَفْتِنَا بَعْدَهُ وَاغْفِرْلَنَا وَلَهُ
Artinya : |
|
g.
Mendaras salam
Pelaksanaan salat jenazah
Salat jenazah dilakukan dengan empat kali puji-pujian, dilakukan boleh berjamaah dan boleh sorangan (munfarid). Untuk baris dan safnya disunahkan tiga saf dan paling sedikit dua manusia.
Tata mandu salat buntang
a.
Jenazah yang akan disalatkan diletakkan di depan membujur ke utara
b.
Seandainya batang laki-laki maka padri berdiri sejajar arah pada bos
c.
Sekiranya jenazah dara, maka pendeta berdiri sejajar sisi pada rahim atau paruh-tengah badan buntang
d.
Urutan pelaksanaan salat mayat terjamah secara tertib sesuai dengan rukun yang telah ditetapkan
e.
Wanita boleh juga masuk menyalatkan bangkai dan juga biasa
f.
Semakin banyak nan menyalatkan semakin baik.
4.
Menguruk mayit
Bagi jenazah muslim terbiasa dikuburkan di pemakaman, dan bagi yang sirep syahid wajib dikuburkan di tempat dimana beliau terbunuh atau gugur. Seperti yang dilakukan Rasulullah SAW terhadap para syuhada Perang Badar.
Mandu menguburkan jenazah
a.
Dalam membuat lubang kubur disunahkan dibuat gua lahat selama tubuh format jenazahnya. Sintal tebak-kira satu meter dan dalamnya kira-kira dua meter alias selevel atap ditambah secabik lengan, dasar lubang dibuat mengsol ke sebelah kiblat kira-sangka galian memuat jenazah, lubang kubur dibuat seperti itu takdirnya tanahnya keras.
b.
Kalau tanahnya bercampur pasir alias gembur kian baik dibuat gua tengah, yaitu lubang kecil ditengah-tengah kubur, terka-sangka bisa memuat jenazah.
c.
Jenazah dimasukkan kedalam gua lahat dengan posisi miring ke kanan dan menghadap kiblat.
d.
Membaca doa pada waktu memasukkan jenazah ke lubang kubur ibarat berikut :
e.
Lawe-utas pengikat kejai kafan semuanya dilepaskan.
f.
Kemudian ditutup dengan tiang / papan dan diatas ditimbuni dengan petak sampai rata dan ditinggikan kurang lebih suatu jengkal.
g.
Menyiramkan air diatas kubur.
h.
Mendoakan dan memohonkan ampun bikin bangkai.
بسم الله وعلى ملة رسول الله
Artinya : |
|
B.
Bertakziah
Takziah menurut bahasa artinya menghibur, medium menurut istilah, takziah ialah menghibur kepada keluarga yang ditinggalkan. Hukum takziah ialah sunah. Harapan takziah adalah agar anak bini yang ditinggal bersabar internal memufakati cobaan dan punya keteguhan iman dan Islam. Disamping itu juga dengan memberi sambung tangan materi yang bersifat budi pekerti.
Hal-hal yang terlazim diperhatikan sewaktu bertakziah :
1.
Mendoakan kepada mayit dengan cara ikut menyalatkannya
2.
Menzikirkan agar kebajikan baiknya diterima dan dosanya diampuni Allah SWT
3.
Mendoakan kepada keluarga kendati tabah, kepala dingin, dan tawakal
4.
Memberi sambung tangan baik positif materi maupun nonmateri
5.
Ditempat takziah enggak bercanda, maupun bicara keras sambil tertawa
6.
Tidak melakukan hal-hal yang lain selayaknya dilakukan
7.
Mengantarkan bangkai menyentuh bekas pemakaman.
C.
Ziarah Kubur
Ziarah kubur menurut bahasa artinya mengunjungi kubur ataupun tempat pekuburan. Menurut istilah ziarah ialah mengunjungi ke makam (kubur) dengan mendoakannya. Pada awal sejarah Islam, ziarah kubur dilarang (diharamkan) baik suami-suami atau pemudi karena dikhawatirkan akan dapat menggoyahkan iman (menjadi musyrik). Sahaja ketika Islam sudah kuat, ziarah kubur diperbolehkan.
Tata mandu ziarah kubur
1.
Pada waktu akan start ke makam tambahan pula dahulu berwudu / menyertu.
2.
Membaca tahlil atau salam plong periode akan memasuki makam itu, yaitu :
اَلسَّلاَمُ عَلَيْهِمْ يَاأَهْلَ اْلقُبُوْرِ يَغْفِرْ لَنَا وَلَهُمْ أَنْتُمْ سَلَفْنَا وَنَحْنُ بَاْلأَ شَرِ (رواه التر مذى)
Artinya : |
|
3.
Sehabis sampai dikubur nan dituju, duduk menuju ke sebelah tampang bangkai
4.
Membaca ayat-ayat Alqur’an seperti Yasin, Ayat Kursi
5.
Pada waktu ziarah, sebaiknya dengan khusyuk dan terlintas plong lever bahwa suatu ketika juga akan sirep
6.
Jangan duduk diatas batu nisan atau melangkahi kuburan
7.
Tidak berbuat kemusyrikan, seperti memohon kepada ahli kubur
8.
Mengedepankan petisi doa kepada Yang mahakuasa agar asian pemaafan serta pemberian bagi ahli kubur. Setelah ziarah kubur seharusnya melipatkan amal fungsi yaitu menambah ketakwaan kepada Almalik SWT.
” Hendaknya Bermanfaat”
Source: http://maswadipai.blogspot.com/2016/01/materi-pai-perawatan-jenazah-xi-genap.html