jenis jenis panggung teater





1. Buram SEGI Empat








Tulangtulangan ini merupakan tulang beragangan yang terlambat dari ruang teater. Perletakan panggung perunjukkan berada di keseleo satu jihat dan ruang pirsawan berada disisi nan lain. Kondisi ini menyebabkan penonton yang ki berjebah di panggung samping akan merasa kesulitan menikmati pertunjukkan kesenian, karena jihat hadapnya tidak lurus ke arah panggung perunjukkan sehingga mengurangi rasa nyaman.


Boleh pula panggung pertunjukkan berlambak di tengah2 urat kayu pirsawan. Kondisi ini dapat menampung lebih banyak spektator, tetapi tetap punya masalah setimbang, yakni penonton nan berada di kewedanan samping akan merasa kesulitan menikmati pertunjukkan kesenian.


Bentuk ini sering digunakan sebagai ruang seminar, workshop, berdempetan, dan sebagainya.


2. BENTUK KIPAS ( Buntak )




Rancangan kipas menjadikan urat kayu penonton melingkari panggung pertunjukkan. Dengan kondisi ini, kemampuan optis penonton terhadap pertunjukkan kesenian nan berlangsung tidak terganggu dengan posisinya.


3. Buram TAPAK Aswa




Bentuk ruangan ini akan memantulkan gelombang bunyi secara menuju di sisi tengah rubrik, karena permukaan dinding yang berbentuk cekung. Hal ini dapat menciptakan menjadikan suara menjadi bertambah jelas di penggalan tengah ruangan, tetapi dibagian lain akan kurang. Sekiranya jebah, suara yang terdengar di titik titik api pantulan akan plus persisten.


4. Rajah TAK BERATURAN


Rang ini tercipta karena untuk menunaikan janji aspek kenyamanan visual, pencahayaan, dan akustik. Dinding ruangan dibuat tak beraturan agar dapat menyerap bunyi maupun memantulkan gelombang bunyi yang dibutuhkan dengan baik.


5.
Aula 360O.




Tempat pertunjukkan berada ditengah, dengan auditorium terdapat mengelilingi panggung pertunjukkan. Dengan begitu, kemampuan arah hadap pementas, maka beliau akan menghadap ke arah penonton. Jalur sirkulasi pementasan melewati auditorium.


Bentuk ini belalah digunakan dalam pertunjukkan konser musik ( terutama band ) dan pertunjukkan teatrikal. Enggak sesuai bikin pertunjukkan sulap.


6.


AUDITORIUM TRANSVERSE STAGE.


Rangka ini sangat tersisa dengan menaruh pangung pertunjukkan dan bekas duduk pirsawan ganti bersemuka. Bentuk ini tidak semupakat buat kuantitas pemirsa yang banyak, karena tingkat okuler penonton terhadap pangung nan kurang model.



7.


Balairung 210udara murni
– 220o.




Gelanggang berlimpah di sebuah titik dengan palagan duduk pemirsa berada mengelilinginya, tetapi tidak penuh satu pematang. Jihat pandang okuler pemirsa literal kedepan, tidak perlu menengok sesak banyak untuk boleh menikmati pertunjukkan.


Bentuk ini seia cak bagi digunakan dalam pementasan seni teater, sandiwara, konser musik, tari, sendratari, dan kegiatan enggak nan sejenis.


8.
Auditorium PENGGELINDINGAN 180


Auditorium penggelindingan ini sudah lalu digunakan andai tempat tontonan teater sejak zaman Yunani Historis. Memiliki sifat dekat sama dengan auditorium 210 – 220, tetapi memiliki daya produksi pirsawan lebih mungil.


Rencana ini cangap digunakan sebagai tempat pertunjukkan konser musik.



9. AUDITORIUM PENGGELINGINGAN 90.



Karakteristik dan sifat bentuk ini damping sama dengan rang aula penggelindingan 210 – 220. Cuma sudut di panggung pertunjukkan makin katai dan lebar tempat penonton nan juga lebih boncel. Kondisi ini mengakibatkan sisi pandang pemirsa berkiblat ke panggung, sehingga bertambah cocok untuk ruang pertunjukkan. Bagan ini bertambah dikenal dengan sebutan bentuk kipas.





10.






Balai Tanpa  Sudut PENGGELINDINGAN.



Panggung pertunjukkan gemuk di salah suatu arah ruangan dan palagan duduk penonton berharta di sebelah yang enggak. Keduanya ganti bertatap. Bentuk ini gegares digunakan misal ruang berdempetan, seminar, workshop, dan kegiatan bukan yang sejenis.



11.  AUDITORIUM SPACE STAGE.



Dengan buram elips, gelombang elektronik obstulen akan memantul ke arah seluruh ruangan. Jika dihitung dengan bermoral, gelombang bunyi akan terpantul dan hambur ke seluruh kewedanan auditorium.



12. PANGGUNG Terbabang


      Ruang utama berada dan ruang spektator terwalak saling berhadapan. Sekali-kali ruang utama pula dikelilingi ira pirsawan.



13. RUANG Palagan


      Berwujud teater melingkar yang dikembangkan bermula gambar amphitheatre klasik berupa tulang beragangan radial dan dikembalikan pada rencana lingkung. Pangsa penonton berada di sekitar ira utama.


14. PROSCENIUM

      Ajang proscenium bisa juga disebut sebagai tempat bingkai karena penonton menyaksikan aksi aktor dalam lakon melalui sebuah bingkai ataupun mungkum proscenium (proscenium arch). Birai nan dipasangi layar atau gorden inilah yang merujukkan kawasan akting anak komidi dengan penonton yang menyaksikan tontonan bersumber satu arah. Dengan separasi ini maka perubahan penyelenggaraan gelanggang dapat dilakukan sonder sepengetahuan spektator. Panggung proscenium sudah lama digunakan dalam dunia teater. Jarak yang sengaja diciptakan kerjakan mengantarai anak ningrat dan penonton ini bisa digunakan kerjakan menyuguhkan cerita seperti apa adanya. Aktor dapat berlaku dengan leluasa seolah-olah tidak ada penonton nan hadir melihatnya. Pemisahan ini dapat membantu efek artistik yang dinginkan terutama kerumahtanggaan kecenderungan realisme yang memaksudkan lakon seolah-olah khusyuk terjadi


      dalam

umur berupa.

     Penyelenggaraan panggung kembali sangat diuntungkan dengan adanya jarak dan pandangan satu sebelah

     dari spektator. Hampir semua sekolah teater memiliki macam medan proscenium.

     Jarak antara penonton dan palagan yakni jarak yang dapat dimanfaatkan buat

     menciptakan cerminan kreatif pemangungan. Pesona inilah yang membuat penggunaan

     wadah proscenium berkeras hati sebatas masa ini.

Source: https://yenni-effendi.blogspot.com/2012/02/macam-macam-bentuk-panggung-pertunjukan.html