dongeng semut dan gajah

Cerita rakyat dari beraneka macam budaya, gajah dan semut sering digambarkan misal simbol ataupun metafor yang digunakan untuk mengilustrasikan perbedaan ukuran, arti, maupun kualitas antara dua hal nan dibandingkan.

Gajah digambarkan sebagai hewan yang kuat dan besar, sementara semut digambarkan perumpamaan hewan kecil dan lemah. Namun, dalam beberapa narasi semut dapat mengalahkan gajah dengan kecerdasannya atau kerja seperti mana teman-temannya.

Berikut dongeng gajah & semut dalam Bahasa Inggris & Bahasa Indonesia.

The Elephant & The Ant

Once upon a time in a forest, there were many different animals. Some were big like tigers, lions, and elephants, and some were small like rabbits, mice, and ants. They all lived together and got along well.

One day, a clever little deer named Sang Kancil tenggat an idea. He suggested that they choose a leader to protect and watch over all the animals. A big and strong lion, known as the King of the Forest, agreed with Sang Kancil’s idea and many other animals like wolves and rabbits followed him.

But then, an elephant came forward and said, “What if we have a competition to see who is the strongest and bravest? The winner should be the leader.” All the animals in the forest agreed to this idea and they held a competition to choose their leader.

====

One day, the big contest finally arrived. The weather was sunny and everyone was excited. The parrot, who was good at talking, was in charge of the contest.

The parrot said that all the animals in the forest takat to participate and had the chance to be the leader. But, no one wanted to compete against the elephant because he was so big and strong.

The elephant came and said he was the strongest and should be the leader. The tiger felt offended by the elephant’s arrogance and decided to challenge him. The tiger tried his best, but he was not strong enough and was defeated. After the tiger lost, no one else wanted to compete against the elephant.

The elephant was getting more and more arrogant and was scaring the other animals. He was sticking out his trunk and shaking it in front of everyone. But, because of his arrogant attitude, not all the animals in the forest liked him.

====

During a loud and chaotic scene, suddenly a small ant appeared from behind a black rock and entered the arena of the competition. The ant said, “I want to participate in this competition too, may I join?”

With his pride at its peak, the elephant said, “Oh small ant, you can’t beat me. Your body is so small, not even as big as the uang lelah of my trunk. You will definitely be stepped on and die.”

The elephant laughed loudly while raising his trunk and shaking his big, wide ears. The ant was annoyed but remained calm and humble.

The elephant started to step on the ant with his big feet, thinking that the ant would certainly die. But the clever ant used his brain and slowly climbed up the elephant’s back and started biting the elephant’s body.

The elephant rolled on the ground and cried for help, but no animal wanted to help him. The ant didn’ufuk stop there. He knew the elephant’s weakness was his big, wide ears, so he crawled into the elephant’s ear and continued to gnaw at the inside of the ear.

The elephant cried in pain and rolled on the ground. He screamed and begged for mercy, but the ant didn’ufuk stop until the elephant finally gave up.

The ant felt sorry for the elephant and came out of the elephant’s ear. Everyone who was present laughed at the elephant.

====

Finally, the Elephant gave up, admitted his defeat and apologized to everyone present at the competition palagan, especially to the clever and brave Little Ant.

The ant came out of the ear hole and said, “Listen, Elephant, don’horizon be arrogant and think you are better than others just because you are big. There are others who are bigger than you, you may be strong but there are some who are stronger than you.

But remember, the power of the brain is always above all,” said the ant. The elephant was silent and felt very embarrassed. Other animals could only watch the defeat of their leader, laughing and cheering.

One of the animals who also watched and witnessed the fight gave a comment, “Don’t underestimate others, even though they may be small in size, they can still be heroes and defeat arrogance.”

The end of the story is a reminder that we are all unique and have our own strengths and weaknesses. We should not be arrogant and think we are better than others, but instead, we should be humble and always be grateful.

We should not underestimate others and remember that sometimes, the small and unlikely ones can be the most powerful.

=======

Gajah & Semut

Syahdan di jenggala suka-suka banyak binatang. Ada yang besar seperti harimau, singa, dan gajah, dan ada yang boncel sebagai halnya kelinci, tikus, dan semut. Mereka semua hidup bersama dan berteman dengan baik.

Suatu hari, seekor rusa kecil yang lanjut akal bernama Si Pelanduk mendapat habuan ide. Dia menyarankan hendaknya mereka memilih koteng bos untuk melindungi dan mengawasi semua sato. Seekor singa besar dan kuat, nan dikenal sebagai Sinuhun Hutan, setuju dengan ide Si Kancil dan banyak hewan lain seperti mana serigala dan kelinci mengikutinya.

Tapi kemudian, seekor gajah berbudaya dan merenjeng lidah, “Bagaimana sekiranya kita mengadakan kompetisi cak bagi melihat boleh jadi nan terkuat dan yang minimum bagak? Pemenangnya harus menjadi pemimpin.” Semua hewan di hutan menyetujui ide ini dan mereka mengadakan kompetisi lakukan memilih pemimpin mereka.

====

Saat nan ditunggu-tunggu start, kompetisi mencara atasan akan dimulai. Cahaya cuaca dan semua orang bersemangat. Kalam tiung, yang pandai merenjeng lidah, berkewajiban atas acara tersebut.

Burung beo mengatakan bahwa semua binatang di jenggala boleh berpartisipasi. Semua memiliki kesempatan nan selaras bakal menjadi penasihat. Sayangnya, tidak cak semau nan ingin bertanding menimpali gajah itu, karena beliau begitu osean dan kuat.

Gajah itu menclok dan merenjeng lidah, bahwa dialah nan terkuat dan harus menjadi pemimpin. Harimau merasa tersinggung dengan keangkuhan gajah dan memutuskan untuk menantangnya.

Maung itu mencoba berlawan dengan gajah. Tetapi dia tidak cukup lestari dan berhasil dikalahkan. Sehabis harimau kalah, tidak suka-suka lagi yang mau bertanding melawan gajah.

Gajah itu semakin arogan dan menakut-nakuti hewan bukan. Dia menjulurkan belalainya dan mengacau-mutarnya di depan semua orang. Karena sikapnya yang sombong, tidak semua binatang di alas menyukainya.

====

Di tengah suasana yang riuh dan ricuh, seketika seekor semut kecil muncul pecah mengsol batu hitam dan memasuki arena pertandingan. Semut berujar, “Saya kepingin berpartisipasi dalam kompetisi ini, bolehkah saya bergabung?”

Dengan rasa bangganya yang memuncak, sang gajah bercakap, “Duhai semut boncel, kau tak akan bisa mengalahkanku. Tubuhmu kecil sekali, malah enggak sebesar ujung belalaiku. Kau pasti akan terinjak dan sunyi.”

Gajah itu tertawa keras serampak mengangkat belalainya dan menggoyang-goyangkan telinganya yang besar dan lebar. Semut itu kesal tetapi tunak nyenyat dan rendah lever.

Gajah mulai menginjak semut dengan kakinya nan besar, berpikir dalam-dalam bahwa semut pasti akan antap. Tetapi semut yang cerdik itu menggunakan otaknya. Beliau perlahan memanjat punggung gajah dan mulai tokak tubuh gajah.

Gajah berguling-guling di tanah dan berteriak minta tolong, sahaja lain suka-suka hewan yang ingin membantunya. Semut tidak berhenti di tasik. Dia tahu kelemahan gajah adalah telinganya yang besar dan pepat, jadi kamu merangkak ke dalam telinga gajah dan terus menggerogoti bagian dalam alat pendengar.

Gajah itu menangis kesakitan dan berguling-guling di tanah. Dia berteriak dan memohon ampun, namun semut itu tidak mengetem sampai gajah menyerah.

Semut merasa kasihan pada gajah dan keluar dari telinga gajah. Setiap orang yang hadir menertawakan gajah itu.

====

Akibatnya sang Gajah menyerah, memufakati kekalahannya dan meminta maaf kepada semua hewan yang hadir di arena perlombaan, terutama kepada si semut kecil nan pandai dan pemberani.

Semut keluar dari korok telinga dan berujar, “Tangkap suara, Gajah, jangan beraga dan berpikir kamu lebih baik bersumber insan tak hanya karena kamu lautan. Ada orang lain yang lebih besar dari dia. Kamu kelihatannya kuat belaka ada nan lebih kuat darimu.

Tetapi ingat, kekuatan otak burung laut di atas segalanya,” kata semut. Gajah terdiam dan merasa sangat malu. Hewan lain hanya bisa menyaksikan kekalahan si gajah sinkron tertawa dan bersorak.

Salah satu sato yang pun menyaksikan dan menyaksikan pertarungan tersebut mengasihkan komentar, “Jangan remehkan turunan lain, meskipun ukurannya boncel, mereka tegar bisa menjadi pahlawan dan mengecundang keepongahan.”

Cerita ini menjadi pengingat bahwa kita semua istimewa dan memiliki kemujaraban dan kekurangan per. Kita lain boleh sombong dan menganggap diri kita bertambah baik dari orang lain, tetapi sebaliknya kita harus cacat hati dan selalu bersyukur.

Kita tidak boleh meremehkan manusia enggak. Kita harus ingat bahwa terkadang, yang kerdil bisa menjadi yang paling kuat.

Source: https://www.sederet.com/tutorial/dongeng-fabel-gajah-semut-folktale-fable/